Partai Erdogan derita kekalahan besar dalam pilkada Turki

Partai Keadilan dan Pembangunan yang didirikan Erdogan kehilangan dukungan di dua kota utama di Turki, Ankara dan Istanbul.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Instagram/@rterdogan

Selangkah demi selangkah selama bertahun-tahun Presiden Turki Recep Tayyip berusaha memastikan bahwa tidak ada yang bisa menantangnya. Dia singkirkan musuh-musuhnya, melakukan bersih-bersih di militer, polisi dan pengadilan, melucuti kebebasan pers, memperkuat kekuasaannya dalam konstitusi, serta menjanjikan masa depan ekonomi yang cerah.

Jadi, merupakan sebuah kejutan besar ketika hasil pemilihan lokal pada akhir pekan yang diumumkan Senin (1/4) menunjukkan bahwa partai Erdogan tidak hanya kehilangan kendali atas Ankara, pusat politik, tetapi juga atas Istanbul, pusat komersial negara itu sekaligus kota kelahirannya dan basis dukungannya sejak lama.

Sekalipun hasilnya belum final, tetap saja itu merupakan gempa politik paling penting yang mengguncang Erdogan selama hampir dua dekade memimpin Turki, sekutu NATO, yang juga kunci penting stabilitas di kawasan.

"Ini adalah malapetaka baginya," tutur Asli Aydintasbas, seorang peneliti di Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri. "Kita sekarang tahu bahwa dia bukannya tidak terkalahkan."

Perekonomian Turki yang melemah, yang sebelumnya berkembang pesat selama bertahun-tahun di bawah Erdogan, dinilai menjadi perhatian utama para pemilih. Negara itu jatuh ke dalam resesi pada Maret, angka pengangguran melebih 10% dan naik hingga 30% di kalangan kaum muda, lira kehilangan 28% dari nilainya pada 2018 dan terus melemah, serta inflasi mencapai 20%.