Pasukan "TikTok" Chechnya di pusaran konflik Rusia-Ukraina

Dikenal brutal dan kotor, setidaknya ada 21 ribu prajurit Chechnya diterjunkan untuk membantu operasi militer Rusia di Ukraina.

Ilustrasi Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov. /Foto Instagram @ramzan_kadyrov

Dua hari setelah invasi pasukan Rusia ke Ukraina, Presiden Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov mengumumkan turut menerjunkan ribuan prajuritnya untuk bertempur di Ukraina. Sebagaimana Presiden Rusia Vladimir Putin, Kadyrov kala itu sesumbar Ukraina bakal takluk dalam hitungan hari. 

"Hingga kini, belum ada satu prajurit pun yang terluka. Tak satu pun yang hidungnya bengkok. Presiden (Putin) mengambil kebijakan yang tepat dan kami siap menjalankan perintahnya dalam situasi apa pun," kata Kadyrov dalam sebuah video yang beredar pada pengujung Februari 2022. 

Kala itu, Kadyrov muncul ke publik demi menepis laporan sejumlah media Ukraina yang memberitakan unit-unit pasukan Chechya sukses disergap militer Ukraina. Beberapa hari berselang, Kadyrov akhirnya mengakui sejumlah personel militer Chechnya tewas dan luka-luka. Via Telegram, ia meminta Putin "ngebut." 

"Saya meyakini sebuah instruksi baru dibutuhkan dengan segera. Invasi untuk menghancurkan kaum Nazi dan kelompok teroris ini skalanya perlu diperluas," ujar Kadyrov, mengulang klaim para petinggi Rusia tentang orang-orang Ukraina yang dikuasai Nazi dan teroris. 

Ketika itu, Putin memang terkesan berhati-hati. Berharap bakal menang cepat, Putin hanya menerjunkan pasukan militer Rusia dan sekelompok tentara bayaran. Belum ada mobilisasi massal dan gelaran wajib militer untuk menambah jumlah prajurit di medan perang.