Pengamat: Ada kepentingan politik di balik isu muslim Uighur

China disebut memaksa muslim Uighur menanggalkan keyakinan dan bahasa mereka serta tunduk pada indoktrinasi politik.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Agung Nurwijoyo. Alinea.id/Valerie Dante

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Agung Nurwijoyo menyatakan bahwa dugaan persekusi muslim Uighur di Xinjiang, China, tidak hanya sebatas pelanggaran hak asasi manusia. Dia menilai, isu ini juga mengandung elemen politik internasional.

"Isu di Xinjiang ini bisa jadi ada perseteruan kekuasaan global di baliknya," ungkap Agung dalam diskusi bertajuk 'Mengungkap Fakta Pelanggaran HAM terhadap Etnis Uighur' di Menteng, Jakarta, Kamis (20/12).

Sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat dan Kanada telah memberi tanggapan terkait dugaan penindasan muslim Uighur. Dengan itu, Agung melihat adanya upaya negara-negara besar untuk memberikan tekanan kepada China.

"Ketika kasus ini mencuat dan media menyorotnya, ini bisa jadi entry point buat AS untuk memainkan isunya sebagai tekanan kepada China. Ini mungkin bisa jadi kelanjutan dari trade war," ungkapnya.

"Malah negara-negara berlatar belakang muslim minim respons. Contohnya, Turki. Mereka sekali pun belum memberi respons untuk kasus Uighur ini," lanjut Agung.