Persaingan AS-China disebut faktor utama ketegangan di LCS

Provokasi, salah perhitungan, dan mispersepsi akan memicu peperangan di LCS.

Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, dalam webinar Calming Trouble Waters in the South China Sea, Rabu (19/8/2020). Dokumentasi FPCI

Duta Besar RI untuk Jerman dan mantan Deputi Kedaulatan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman, Arif Havas Oegroseno, menilai, persaingan strategis antara China dan Amerika Serikat (AS) merupakan faktor utama meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan (LCS).

"Dalam konteks geopolitik, menurut saya, ketegangan meningkat sebagai hasil dari persaingan strategis antara AS dan China," sebutnya dalam webinar "Calming Trouble Waters in the South China Sea", Rabu (19/8).

Arief berpendapat, meningkatnya persaingan di antara Beijing dan Washington terjadi karena AS mulai mendekati waktu pemilihan presiden (pilpres). Pada saat bersamaan, sedang ada diskusi tentang kepemimpinan di Tiongkok.

"Kedua pihak mulai memandang satu sama lain sebagai musuh, bukan sebagai mitra strategis," tambah dia.

Dikhawatirkan persaingan strategis tersebut mengarah ke konflik besar yang tidak diinginkan pihak mana pun jika tidak dikelola dengan baik.