Saking ketatnya lockdown Shanghai warga mulai berteriak-teriak 'butuh makanan'

Kebijakan nol toleransi lockdown Shanghai membuat hanya orang-orang dengan izin khusus yang diperbolehkan keluar.

Situasi lockdwon di Shanghai. Foto Kyodo News

Kota terpadat di China, Shanghai, melaporkan hampir 25.000 infeksi Covid-19 yang ditularkan secara lokal Minggu (10/4). Di waktu yang sama, masa penguncian membuat para penduduk menyerukan keluhan terkait pasokan pangan dan kebutuhan dasar lainnya.

Seperti diberitakan Reuters, jalan-jalan di pusat bisnis Shanghai dikunci dari 26 juta penduduk. Kebijakan nol toleransi membuat hanya orang-orang dengan izin khusus yang diperbolehkan keluar. Profesi yang masih beraktivitas normal hanya petugas kesehatan, sukarelawan, dan petugas pengirim bantuan.  

Meski tergolong kecil jika dibandingkan kasus Covid-19 di negara lain, kasus di Shanghai adalah yang paling buruk di China sejak kemunculan virus Corona pada akhir 2019. Dari kasus-kasus lokal yang dilaporkan Shanghai pada hari Minggu, 1.006 di antaranya memiliki gejala temporer, 23.937 lainnya tidak menunjukkan gejala. Kota ini telah menjadi tempat uji coba untuk strategi eliminasi China, yang berusaha untuk menguji, melacak, dan mengkarantina secara terpusat orang-orang dengan Covid-19.

Saat ini banyak supermarket telah ditutup dan ribuan kurir terkunci. Akses ke perawatan medis juga menjadi perhatian. Sebuah video yang beredar di situs online menunjukkan warga Shanghai berteriak-teriak mereka membutuhkan makanan.

Eksekutif untuk raksasa e-commerce JD.com dan layanan pengiriman makanan Ele.me menghadiri briefing harian kota, berusaha meyakinkan penduduk bahwa pengiriman makanan akan sampai tepat waktu kepada orang-orang yang membutuhkan.