Selandia Baru masih usut latar belakang pelaku teror Christchurch

Selandia Baru membentuk komite khusus untuk menyelidiki kegiatan pelaku teror Christchurch Brenton Tarrant di masa lalu.

(kiri ke kanan) Pendiri FPCI Dino Patti Djalal, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan Kuasa Usaha Ad Interim Kedubes Selandia Baru untuk RI Roy Ferguson di Bengkel Diplomasi, Jakarta, Senin (15/4). Alinea.id/Valerie Dante

Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Selandia Baru untuk Indonesia Roy Ferguson menyatakan bahwa pemerintahnya masih berupaya mencari tahu latar belakang dan seluk-beluk dari teroris yang menyerang dua masjid di Christchurch pada 15 Maret 2019.

Dia menyatakan, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern membentuk komite khusus (royal commision) pada pekan lalu untuk menyelidiki kegiatan pelaku teror bernama Brenton Tarrant itu di masa lalu.

Menurut Ferguson, komite tersebut merupakan bentuk penyelidikan tertinggi dalam sistem pemerintahan Selandia Baru. Komite khusus itu akan menyelidiki asal atau sumber ideologi supremasi kulit putih yang dianut Tarrant.

"Salah satu tujuan utama komite itu adalah untuk mengetahui seberapa luas pandangan supremasi kulit putih sudah tersebar di Selandia Baru dan apakah pandangan itu memiliki keterkaitan dengan organisasi di dalam maupun luar negeri," tutur Ferguson dalam diskusi publik "The Mosque Attacks in New Zealand: Impacts, Reprecussions, and Responses" di Bengkel Diplomasi, Jakarta, Senin (15/4).

Komite itu pun akan menilik kegiatan pelaku, termasuk bagaimana dia memperoleh lisensi dan amunisi untuk senjatanya. Selain itu, komite khusus juga ditugaskan untuk melihat aktivitas pelaku di media sosial dan internet demi mengetahui latar belakang terkait kegiatannya selama ini secara lebih komprehensif.