Setelah Iran membombardir Israel...

Serangan langsung Iran terhadap target-target Israel mengindiksikasi eskalasi konflik pada level tertinggi.

Ilustrasi rudal balistik Iran. /Foto World.org

Beberapa saat sebelum misil dan rudal balistik Iran mencapai target-target mereka di Israel, akun X (Twitter) resmi perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), @Iran_UN, mengunggah sikap Iran terhadap serangan tersebut. Mengutip pasal 51 Piagam PBB soal tindakan bela diri, Iran berdalih serbuan udara ke Israel bisa dibenarkan. 

"Masalah ini bisa dianggap selesai. Tetapi, jika rezim Israel kembali membuat kesalahan, respons Iran bakal lebih keras. Ini konflik antara Iran dan rezim Israel yang mana tak boleh dicampuri oleh Amerika Serikat," tulis @Iran_UN.

Iran meluncurkan setidaknya 300 misil dan drone untuk menyerang target-target militer dan sipil di tanah Israel, Sabtu (13/4) lalu. Militer Iran juga menyita kapal kontainer Israel yang tengah melintas di Selat Hormuz. Aksi-aksi itu diklaim sebagai respons atas pembunuhan sejumlah petinggi Garda Revolusi Iran di Suriah, beberapa pekan sebelumnya. 

Di Iran, serangan militer terhadap Israel mendapat respons yang tak seragam. Sebagian publik Iran bersuka cita merayakannya. Lainnya gamang dan paranoid. Itu setidaknya terlihat dari antrean panjang di sejumlah pom bensin dan toko kelontong di Teheran dan kota-kota lainnya. Mereka seolah tengah mengepul bahan bakar dan makanan demi mempersiapkan diri untuk konflik berkepanjangan. 

Israel memang sudah menjanjikan aksi balasan. Presiden Israel Isaac Herzog menyatakan serangan Iran sebagai deklarasi perang. Ia mengklaim tengah mendiskusikan respons yang tepat bagi serangan tersebut dengan AS. Semua opsi militer dibuka.