Trump dituding sebagai presiden tanpa toleransi

Kebijakan memisahkan anak-anak migran dari orang tua mereka dinilai barbar. Sebagian besar anak-anak bahkan mengalami trauma.

Anak-anak berbaris saat keluarga imigran tidak berdokumen dilepaskan dari penahanan di sebuah terminal bis di McAllen, Texas, Amerika Serikat, Jumat (22/6)./ Antarafoto

Para migran asal Amerika tengah yang dideportasi dari Amerika Serikat (AS), mengungkapkan kemarahannya setelah dipisahkan dari anak-anak mereka. Para migran itu menyebut Presiden AS Donald Trump tidak memiliki toleransi sama sekali.

Kebijakan Trump menyebabkan lebih dari 2.300 anak-anak migran dipisahkan dari orang tua mereka. Laporan terbaru dari petugas perbatasan, sekitar 500 anak-anak migran telah dipertemukan kembali dengan anggota keluarganya. Para pengacara kini berjuang keras untuk mempersatukan kembali anak dan orang tua migran yang mencoba masuk ke AS secara ilegal.

Ever Sierra, dideportasi setelah masuk ke AS, berhasil kembali mendapatkan kembali anaknya. Dia telah tiba di Honduras bersama bayi berusia delapan bulan. Sebelumnya, dia ditahan di pusat penahanan McAllen, Texas.

Benjamin Raymundo (33) dideportasi kembali ke Guatemala setelah meninggalkan negaranya pada April bersama putranya Roberto. Keduanya dipisahkan ketika ditangkap petugas imigrasi di California. Saudaranya yang tinggal di AS dan seorang pengacara berusaha mencari keberadaan Roberto.

“Sungguh menyedihkan, saya tidak bisa berjumpa dengan anak saya lagi,” kata Raymundo dilansir Channel News Asia, Minggu (24/6). Dia mengaku belum memiliki rencana untuk kembali ke AS. Dia berharap putranya bisa mendapatkan suaka di AS.