5 cara mencegah laktogenesis telat

Terkadang pada beberapa ibu yang mengalami hambatan selama persalinan, menimbulkan traumatis, sehingga laktogenesi kedua terhambat.

Ilustrasi. iStock

Kehidupan 1.000 hari pertama bagi anak penting karena merupakan fase kritis untuk menentukan masa depannya, bahkan kesehatan dan kecerdasan anak sangat memengaruhi di fase ini. Pemberian asupan gizi optimal pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dibutuhkan, agar mencegah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh anak usia dibawah dua tahun (baduta). Akibat stunting menyebabkan kekurangan gizi kronis atau infeksi kronis.

Pemberian ASI eksklusif pada bayi merupakan salah satu pencegahan stunting. Menurut penelitian di Indonesia pada 2018, anak-anak yang tidak mendapatkan ASI lebih awal, berisiko tinggi mengalami stunting dibanding yang diberikan ASI. BKKBN telah menyelenggarakan webinar bertajuk “Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK Seri V: Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja”, pada Rabu (14/09/2022). Hal itu dilaksanakan dengan tujuan upaya percepatan penurunan stunting pada anak.

Kepala Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI) cabang Banten Maharani Bayu menyampaikan, ibu memproduksi bintik ASI atau produk ASI (laktogenesis) melalui dua tahap,

“Tahap pertama, di usia kehamilan 15-20 minggu sudah produksi ASI tetapi belum bisa menghasilkan susu karena tertahan dengan berbagai hormon kehamilan di bagian plasenta. Tahap kedua, 72 jam pertama pascamelahirkan, terkadang pada beberapa ibu yang mengalami hambatan selama persalinan menimbulkan traumatis, sehingga laktogenesi kedua terhambat dan terkadang ASI baru keluar pada waktu 50-72 jam (2-3 hari) pascamelahirkan,” jelasnya.

Untuk mencegah laktogenesis telat, Maharani memberikan 5 caranya: