sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

5 cara mencegah laktogenesis telat

Terkadang pada beberapa ibu yang mengalami hambatan selama persalinan, menimbulkan traumatis, sehingga laktogenesi kedua terhambat.

 Atikah Rahmah
Atikah Rahmah Rabu, 14 Sep 2022 22:22 WIB
5 cara mencegah laktogenesis telat

Kehidupan 1.000 hari pertama bagi anak penting karena merupakan fase kritis untuk menentukan masa depannya, bahkan kesehatan dan kecerdasan anak sangat memengaruhi di fase ini. Pemberian asupan gizi optimal pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dibutuhkan, agar mencegah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh anak usia dibawah dua tahun (baduta). Akibat stunting menyebabkan kekurangan gizi kronis atau infeksi kronis.

Pemberian ASI eksklusif pada bayi merupakan salah satu pencegahan stunting. Menurut penelitian di Indonesia pada 2018, anak-anak yang tidak mendapatkan ASI lebih awal, berisiko tinggi mengalami stunting dibanding yang diberikan ASI. BKKBN telah menyelenggarakan webinar bertajuk “Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK Seri V: Manajemen Laktasi Pada Ibu Bekerja”, pada Rabu (14/09/2022). Hal itu dilaksanakan dengan tujuan upaya percepatan penurunan stunting pada anak.

Kepala Ikatan Konselor Menyusui Indonesia (IKMI) cabang Banten Maharani Bayu menyampaikan, ibu memproduksi bintik ASI atau produk ASI (laktogenesis) melalui dua tahap,

“Tahap pertama, di usia kehamilan 15-20 minggu sudah produksi ASI tetapi belum bisa menghasilkan susu karena tertahan dengan berbagai hormon kehamilan di bagian plasenta. Tahap kedua, 72 jam pertama pascamelahirkan, terkadang pada beberapa ibu yang mengalami hambatan selama persalinan menimbulkan traumatis, sehingga laktogenesi kedua terhambat dan terkadang ASI baru keluar pada waktu 50-72 jam (2-3 hari) pascamelahirkan,” jelasnya.

Untuk mencegah laktogenesis telat, Maharani memberikan 5 caranya:

1. Kontak ibu dengan bayi (skin to skin)
Tahap ini, baik ibu maupun anak harus menyentuh kulit. Bahkan sangat dianjurkan agar ibu bertelanjang dada dan bayi bertelanjang secara keseluruhan badan. Hal ini agar menuntun penciuman bayi untuk mencari puting payudara dan melancarkan metabolisme hormon ASI.

2. Menyusui langsung
Bayi harus menyusui langsung dari payudara ibu. Biasanya bayi baru mulai menyusui saat umur 30-40 jam pascalahir. Menyusui secara langsung dapat merangsang otak ibu untuk memproduksi dan mengeluarkan ASI.

3. Perekatan menyusui bayi tepat
Merupakan ilmu fisiologi menyusui yang paling dasar. Satu bayi hanya membutuhkan satu payudara untuk ASI. Jika manajemen ASI nya benar, maka produksinya tidak akan berkurang.

Sponsored

4. Pengosongan payudara rutin dilakukan
Hal ini justru meningkatkan ASI, karena ketika produksi ASI kosong, secara otomatis akan terisi ulang. Maka dari itu, pentingnya sering menyusui bayi atau melakukan pompa ASI.

5. Makanan atau obat
Konsumsi makan bagi ibu hamil dan menyusui harus bergizi, umumnya membutuhkan sekitar 600 kalori atau setara dengan sepertiga porsi. Namun, jika ibu hamil atau menyusui yang membutuhkan pekerjaan fisik, dibutuhkan sekitar 1.800 atau 2.000-2.200 kalori per hari. Suplemen obat untuk penambah produksi ASI menjadi pilihan terakhir apabila tahap-tahap sebelumnya kurang ampuh.

Selain tahap-tahap di atas, World Health Organization (WHO) telah memberikan empat standar emas makanan bayi, agar mencegah stunting, yaitu melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, ASI dan makanan pendamping ASI (MPASI) di usia enam bulan, dan menyusui hingga 24 bulan. 

Berita Lainnya
×
tekid