Sosial dan Gaya Hidup

Abracadabra: Saat politik dan sulap dibungkus dalam sinematografi

Abracadabra termasuk film Indonesia terbaik dalam konteks sinematografi di awal tahun 2020.

Minggu, 12 Januari 2020 23:21

Lukman menjalani malam begitu berat. Petir terdengar menggelegar di tengah guyuran hujan lebat dari dalam kamarnya yang remang. Mengenakan pakaian tidur berwarna oranye, gelagat Lukman tampak galau dan gelisah hingga beranjak dari tempat tidur menuju kursi kayu dekat jendela kamarnya.

Lukman duduk merenung di kursi kayu itu sambil menggerakkan tangannya ke laci di sebelahnya. Ia lalu membukanya untuk mengambil sertifikat sulap kebanggaannya yang didapatnya dari Institute the Magica, bukti pengakuan bahwa ia merupakan seorang grandmaster.

"Pagi ini semua selesai. Tidak ada sulap lagi, aku akan berhenti. Tapi tidak akan bersembunyi seperti ayahku," kata Lukman dalam hati, sambil terus memelototi sertifikat itu.

Demikian sepenggal permulaan film Abracadabra, buah pikiran dari sutradara Faozan Rizal. Film ini berkisah tentang Lukman, seorang grandmaster sulap yang sudah letih dengan apa yang dijalaninya selama ini.

Fadli Mubarok Reporter
Fathor Rasi Editor

Tag Terkait

Berita Terkait