AIMI harap MPASI kepada bayi tak gunakan makanan kalengan

Bayi yang berusia lebih dari enam bulan, disarankan untuk mulai diberikan MPASI, melalui pengolahan pangan lokal.

Ilustrasi. istockphoto.com/

Indonesia sedang fokus untuk menurunkan angka stunting akibat kurang asupan gizi kronis. Stunting merupakan isu yang kompleks karena cara penanganan yang tidak instan. Beberapa pencegahan stunting dapat dilakukan dengan perilaku hidup sehat sejak sebelum masa hamil, menjaga jarak kehamilan, dan fokus memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Pemberian ASI berbeda dengan susu

Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar, menyebut 4 standar emas pemberian makan bayi dan anak, menjadi tindakan yang tepat dan penting bagi ibu dan bayi dalam mengatasi stunting,

“Ketika bayi baru lahir diberikan kesempatan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan cara kontak kulit bayi yang diletakkan di dada ibu, minimal satu setengah jam, secara langsung bayi akan mencari sumber makanannya sendiri yaitu ASI. Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Bayi usia enam bulan mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI), menyusui diteruskan hingga bayi berusia dua tahun atau lebih,” jelasnya dalam webinar online yang dipantau Senin (3/10).

Sedangkan bagi bayi yang berusia lebih dari enam bulan, disarankan untuk mulai diberikan MPASI, melalui pengolahan pangan lokal yang dibuat sendiri di rumah dan diterapkan sampai usia bayi menyentuh dua tahun.

MPASI yang diberikan kepada bayi dharapkan tidak menggunakan makanan kalengan maupun makanan olahan pabrik dalam bentuk apapun. Hal itu dimaksudkan supaua asupan gizi anak tetap terjaga.