Di Balik penggarapan novel Kincir Waktu yang tak mau disebut sebagai karya sejarah

Kincir Waktu adalah penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan untuk mengungkap pemerkosaan massal yang terjadi pada kurun waktu 1998.

Foto: Penulis Akmal Nasery Basral (kanan atas) memaparkan isi dari buku garapannya Kincir Waktu dalam diskusi zoom, Minggu (5/12/2021). Foto: Alinea.id/Nadia Lutfiana

Novel Kincir Waktu akan dirilis bersamaan dengan penyelenggaraan Indonesia International Book Fair (IIBF) di Jakarta 8-12 Desember 2021 mendatang. Pengarang Akmal Nasery Basral tak mau menyebut novel berlatar peristiwa 1998 ini sebagai novel sejarah.

Belakangan ini, publik dibuat geram dengan kasus kematian Novia Widyasari Rahayu, mahasiswi Universitas Brawijaya yang ditemukan meninggal di dekat pusara makam ayahnya di Mojokerto, Jawa Timur. Novia melakukan bunuh diri setelah depresi lantaran diperkosa sang pacar dan tak mendapat keadilan kala melapor. Kasus perkosaan perempuan terus saja berulang. Kasus serupa juga terekam dalam buku Kincir Waktu garapan Akmal.

Kincir Waktu adalah penjelasan-penjelasan yang dibutuhkan untuk mengungkap pemerkosaan massal yang terjadi pada kurun waktu 1998 atau di masa reformasi. Kejadian ini, ujar Akmal juga berkaitan erat dengan skandal dokumen imigrasi Ilegal ke Amerika Serikat yang banyak dilakukan warga Indonesia saat itu.

“Saya mengumpulkan bukti dari buku-buku dan catatan peristiwa yang sudah ada, juga mengobrol dengan orang-orang yang mendalami peristiwa ini,” ujar Akmal dalam Soft Launching dan Diskusi Novel Kincir Waktu yang dilakukan lewat jaringan Zoom, Minggu (5/12).

Kincir Waktu mengikuti kisah seorang gadis bernama Dona yang harus menyaksikan kematian sahabatnya sendiri terbunuh pada 1998. Prolog itu membawa kepada pertanyaan-pertanyaan lain tentang bisnis gelap imigran Indonesia ke Amerika Serikat dan latar belakang kerusuhan 1998.