Epidemiologi: Vaksinasi harus didukung dengan penerapan prokes

Vaksin tidak menggantikan protokol kesehatan, tetapi berjalan bersama.

Ilustrasi penerapan protokol kesehatan di perkantoran. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Hariadi Wibisono mengatakan, proses vaksinasi perdana yang disiarkan secara langsung merupakan cara baik untuk meyakinkan masyarakat akan keamanan vaksin yang digunakan. 

“Ini adalah momen yang sangat penting untuk meyakinkan masyarakat, bahwa pemerintah tidak akan memberikan sesuatu yang bernilai mudharat ke masyarakat. Dengan menerima vaksin Covid-19 lebih dulu, para pemimpin kita telah memberikan contoh yang baik. Sehingga masyarakat tidak perlu lagi takut dan ragu untuk melakukan vaksinasi,” ungkapnya, yang dikutip Kamis (14/1). 

Sebelumnya Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menjamin keamanan vaksin Covid-19 produksi Sinovac yang digunakan di tahap pertama program vaksinasi di Indonesia, dengan mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA).

BPOM juga telah mengumumkan hasil efikasi berdasarkan uji klinik fase 3 di Indonesia yang mencapai 65,3%. Angka efikasi ini lebih tinggi dari ketentuan WHO yang menetapkan syarat minimal efikasi vaksin Covid-19 sebesar 50%. 

Isu efikasi erat kaitannya dengan seroconversion. Seroconversion itu adalah seberapa jauh tubuh mampu bereaksi terhadap vaksin. Seroconversion bukan ditentukan oleh kualitas vaksin, tetapi oleh kondisi tubuh seseorang. Ada orang-orang yang tubuhnya tidak mampu membentuk antibodi, sehingga sebagus apapun vaksin yang diberikan tidak akan berpengaruh terhadap tubuh mereka.