Feeling blue dan cara mengatasi kesedihan

Feeling blue merupakan idiom yang menggambarkan pengalaman sedih atau melankolis.

Ilustrasi seseorang yang tengah sedih./Foto littofur/Pixabay.com

Di tengah aktivitas sehari-hari, kerap kali kita menghadapi momen-momen yang membuat perasaan kita menjadi sedih. Fenomena ini dikenal dengan istilah feeling blue. Dilansir dari Medical News Today, feeling blue merupakan idiom yang menggambarkan pengalaman sedih atau melankolis. Biasanya, perasaan ini terkait dengan kesedihan, muram, murung, tak bahagia, dan putus asa.

Dikutip dari Huffington Post, ada dugaan kata feeling blue berasal dari tradisi kapal yang mengibarkan bendera biru dan bergambar pita biru, saat seorang kapten meninggal. Dugaan muasal lainnya, berasal dari mistisisme yang melibatkan nila biru, yang banyak digunakan dalam budaya Afrika Barat pada upacara kematian, di mana semua pakaian pelayat akan diwarnai dengan warna biru nila untuk menunjukkan penderitaan.

Lalu, asosiasi mistis itu diterjemahkan ke Amerika Serikat dan para budak yang bekerja di perkebunan kapas di wilayah selatan, yang sering kali menyanyikan lagu-lagu seperti nyanyian pujian yang disebut sebagai blues.

Kata “blue”, lanjut Huffington Post, pertama kali digunakan penyair Inggris, Geoffrey Chaucer pada 1385 dalam puisinya “Complaint of Mars”. Penulis dan diplomat Amerika, Washington Irving dianggap sebagai orang pertama yang menggunakan istilah “the blues” pada 1807 sebagai sinonim untuk kesedihan.

Terlepas dari apa muasal feeling blue, Health Line menyebut, bila kita merasa sedih, biasanya kita ingin menghabiskan waktu sendiri dan kekurangan motivasi. Feeling blue lazimnya tak muncul begitu saja. Sering kali ada penyebab spesifik, seperti terlewatkannya sebuah kesempatan, kehilangan pekerjaan, kehilangan teman atau orang yang dicintai, perpisahan, frustasi dengan hidup, serta pengkhianatan.