Konsumen kini semakin terbuka terhadap produk-produk yang terinspirasi dari desain populer global.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri fashion mengalami pergeseran yang signifikan. Konsumen, khususnya generasi muda, kini semakin terbuka terhadap produk-produk yang terinspirasi dari desain populer global. Mereka tidak lagi terpaku pada keaslian merek, melainkan pada gaya, kenyamanan, dan harga yang lebih realistis.
Berdasarkan laporan dari Euromonitor International dan Vogue Business, terjadi peningkatan signifikan dalam permintaan produk fashion alternatif atau dupe secara global, termasuk di Asia Tenggara. Dalam artikel The Rise of the Dupe Economy (Vogue Business, 2023), disebutkan konsumen generasi Z atau gen Z dan milenial kini lebih memilih produk yang menawarkan tampilan dan fungsi serupa dengan brand ternama, namun dengan harga yang lebih terjangkau.
Di Tiongkok, fenomena ini berkembang pesat seiring meningkatnya kesadaran konsumen terhadap value for money. Euromonitor mencatat konsumen Asia Pasifik kini semakin menunjukkan kecenderungan sebagai "value hackers"—memanfaatkan e-commerce dan media sosial untuk menemukan produk yang tampil menarik tanpa membayar harga premium.
"Tren fashion sekarang sudah berubah. Banyak orang mulai sadar tampil keren itu enggak harus selalu mahal," ujar Ricky Kurniawan, Founder Tirodupe. "Sekarang yang dilihat bukan hanya logonya, tapi bagaimana kita bisa menyesuaikan gaya dengan kepribadian dan kemampuan masing-masing. Fashion jadi lebih terbuka dan fleksibel."
Lebih lanjut, ia menyebut konsumen Indonesia semakin berani bereksperimen dengan gaya pribadi mereka. Banyak yang mencari referensi dari media sosial, lalu memilih produk serupa tapi lebih masuk akal secara harga.