Kecanduan gawai dan gim pada anak-anak, wujud kepanikan moral?

Praktisi psikologi anak dan remaja Anrio Marfizal mengatakan, gejala kecanduan bisa terlihat dari terfokusnya anak-anak hanya pada gawai.

Ilustrasi anak dan gawai. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Di teras rumahnya di bilangan Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, dikelilingi lima temannya, mata Reza tengah asyik menatap layar smartphone-nya. Jari-jarinya bergerak, mengusap layar ponsel cerdas miliknya. Sesekali, ia berteriak. Sore itu, ia sedang bermain gim Mobile Legend.

Nyaris setiap hari Reza menghabiskan waktu untuk bermain gim di gawainya. Sehari, ia bisa menghabiskan waktu enam jam dan tenggelam dalam permainan digital itu. Di akhir pekan, waktunya untuk bermain gawai bertambah. Ia bisa bermain hingga pukul 22.00 WIB.

Selain bermain gim daring, Reza pun pengguna aktif media sosial, seperti Facebook dan Instagram. Remaja tanggung kelas dua SMP itu, juga bisa menghabiskan waktu berjam-jam menonton Youtube.

Ibu angkat Reza, Qumaroh mengaku membiarkan Reza bermain smartphone agar tak keluyuran di luar rumah. Gawai yang dibelikan Qumaroh pun harganya tak murah. Ia rela mengeluarkan kocek Rp17,5 juta untuk membeli smartphone merek Samsung.

“Enggak masalah main gim sampai malam, yang penting sekolahnya bener. Alhamdulillah ada mainannya daripada ke mana-mana,” kata Qumaroh saat ditemui reporter Alinea.id di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Kamis (13/2).