Bahaya main gawai berlebihan bagi kesehatan mata anak
Sejak dimulai pada 10 Februari 2025 lalu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, sebanyak 16 juta orang sudah mendapat program Cek Kesehatan Gratis. “Sekarang per harinya saya lihat rata-rata 250.000 sampai 280.000 anak diperiksa,” kata Budi saat meninjau program Cek Kesehatan Gratis di SMP Negeri 5 Bandung, Jawa Barat, Senin (4/7), dikutip dari Antara.
Sejauh ini, menurut Budi, berdasarkan hasil pemeriksaan, masalah gigi dan penglihatan menjagi gangguan kesehatan yang paling banyak ditemukan. “Kayak tadi ini dari 14 anak sudah dicek, sembilan pelajar punya masalah mata,” ujar Budi.
Dia mengimbau, anak-anak supaya mengurangi penggunaan gawai secara berlebihan yang bisa memperburuk kesehatan mata. “Kalau mata itu preventifnya kurangin lihat HP. Karena ini naik tinggi sejak HP jadi terkenal, lihat Youtube, lihat gadget-gadget itu,” katanya.
Penggunaan gawai, terutama pada anak, memang menimbulkan masalah kesehatan mata. Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Negeri Subang, yakni Ade Nuraenib, Fitri Handayani, dan Rosiah serta perawat di Puskesmas Kalijati, yakni Rosy Manujia pernah melakukan penelitian soal dampak penggunaan gawai terhadap kesehatan mata anak di SD Alun-Alun Kalijati. Penelitian mereka yang diterbitkan Indonesian Nursing Journal (2024) menemukan, sebanyak 37 responden (54,4%) anak menggunakan gawai berlebihan, sehingga memiliki kesehatan mata yang buruk.
“Penggunaan smartphone merupakan sumber radiasi yang berpotensi berbahaya bagi penggunanya. Gadget dapat menyebabkan masalah kesehatan mata seperti penurunan daya akomodasi, mata kering, penurunan ketajaman penglihatan, dan kelelahan mata. Kondisi ini disebabkan oleh penggunaan gadget yang berlebihan, yang meningkatkan risiko kelelahan mata,” tulis para peneliti.
“Faktor lain yang mempengaruhi antara lain riwayat kesehatan mata, jenis gadget yang digunakan, posisi saat menggunakan gadget, jarak pandang terhadap gadget, dan lamanya waktu penggunaan gadget.”
Menurut Medical News Today, teknologi seperti tablet, ponsel pintar, dan komputer dapat menarik perhatian orang dalam waktu yang lama, yang dapat menyebabkan ketegangan mata. Kondisi ini disebut sebagai computer vision syndrome atau digital eye strain.
Menatap layar digital dalam waktu lama dapat membuat mata bekerja lebih keras dari biasanya. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan berujung pada munculnya masalah penglihatan. Menurut Asosiasi Optometri Amerika, mata mengalami ketegangan yang lebih besar saat melihat layar dibandingkan saat membaca tulisan cetak.
Hal ini sebagian disebabkan karena huruf pada layar sering kali tidak setajam huruf cetak. Selain itu, layar biasanya memiliki kontras yang lebih rendah dibandingkan halaman cetak, serta terpengaruh oleh pantulan dan silau. Semua faktor ini membuat mata harus bekerja ekstra saat membaca di layar.
Faktor lain yang juga dapat menyebabkan ketegangan mata komputer termasuk kebiasaan melihat layar dari jarak atau sudut yang tidak tepat. Hal ini bisa memicu postur tubuh yang tidak nyaman atau tegang, apalagi jika seseorang memiliki masalah penglihatan yang mendasarinya.
Selain itu, sebuah penelitian mencatat, tingkat frekuensi berkedip seseorang turun secara drastis saat menatap layar. Padahal, berkedip merupakan fungsi biologis penting yang membantu menjaga permukaan mata tetap bersih dan lembap. Penurunan frekuensi berkedip ini juga dapat menjelaskan beberapa gejala dari ketegangan mata komputer.
Penelitian yang diterbitkan jurnal Pediatrics (2015) menyebut, anak-anak mulai asyik menonton di perangkat media digital, seperti tablet atau ponsel pintar orang tuanya sejak usia 6 bulan. Saat remaja, anak-anak menghabiskan hampir 7 jam sehari menggunakan media berbasis layar, seperti menonton televisi, bermain gim, dan media sosial.
Penglihatan kabur merupakan salah satu dampak kesehatan mata pada anak jika menatap layar dalam waktu yang lama tanpa jeda. Menurut Healthy Children, menatap pada jarak yang sama dalam waktu lama bisa menyebabkan sistem pemfokusan mata mengalami kejang atau “terkunci” sementara.
Kondisi ini disebut spasme akomodasi, yang menyebabkan penglihatan anak menjadi kabur saat dia mengalihkan pandangan dari layar. Di samping itu, penggunaan komputer dan aktivitas jarak dekat lainnya di dalam ruangan dapat memicu peningkatan angka miopia atau rabun jauh pada anak-anak.
“Lebih banyak waktu bermain di luar ruangan dapat menghasilkan perkembangan penglihatan yang lebih sehat pada anak-anak,” tulis Healthy Children.


