Nama-nama unik makin populer sejak generasi milenial menjadi orang tua.
Unggahan di akun Instagram Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto @bimaaryasugiarto pada Senin (27/1) tentang nama-nama unik di Indonesia menyita perhatian warganet. Ada nama Ni Ketut Citra Covida Karantina, Covid Hidayat, Dinas Komunikasi Informatika Statistik, hingga Benteng Republika. Unggahan itu dibagikan ulang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) @dukcapilkemendagri pada Selasa (28/1).
Dalam keterangan unggahan itu, @dukcapilkemendagri menyebut, nama-nama tersebut diberikan ada yang karena lahir pada masa pandemi Covid-19, ada yang terinspirasi dari tempat kerja orang tua, dan ada yang super nasionalis dengan nuansa Indonesia.
Profesor psikologi di Universitas San Diego State, Jean M. Twenge dalam Psychology Today menilai, memberi nama bayi adalah keputusan besar yang membuat banyak orang tua gelisah. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, termasuk agar nama yang diberikan tak menjadi bahan ejekan.
Pendiri Namerology.com dan penulis The Baby Name Wizard, Laura Wattenberg, dikutip dari BBC mengatakan, pada abad-abad yang lalu, pemberian nama berdasarkan tradisi merupakan dorongan yang utama. Orang tua hanya melakukan apa yang sudah biasa dilakukan.
Di Inggris misalnya, nama John dan William adalah nama anak laki-laki paling populer dari tahun 1200-an hingga 1930-an. Hal ini karena konvensi penamaan didasarkan pada ikatan agama dan leluhur. Semisal, nama-nama yang diambil dari kitab suci. Umat Muslim di negara-negara Arab dan Asia Selatan, dikutip dari BBC, kerap mengambil nama dari tokoh-tokoh sejarah terkemuka dalam Islam, misalnya Muhammad.