Apakah semata-mata soal harta?
Pernikahan antara seorang kakek bernama Tarman, 74 tahun, dengan gadis berusia 24 tahun, Sheila, di Pacitan, Jawa Timur beberapa waktu lalu mendapat sorotan publik. Selain perbedaan usia yang terlampau jauh, Tarman juga disebut-sebut memberikan mahar yang fantastis, yakni cek senilai Rp3 miliar dan satu unit mobil.
Lahir pada 2001, Sheila sendiri masuk dalam kategori generasi Z. Sedangkan Tarman, kelahiran 1951 yang masuk kategori generasi baby boomer.
Terlepas dari isu miring yang dialamatkan ke Tarman, yang disebut mantan narapidana kasus penipuan dan diduga memberi cek mahar palsu, apakah alasan seorang perempuan menikah dengan pria yang usianya sangat jauh? Apakah sekadar tertarik dengan iming-iming harta?
New York Post menulis, perempuan generasi Z dikenal lebih progresif dan terbuka dalam menyuarakan pandangan mereka. Akibatnya, banyak perempuan muda mengaku kesulitan menemukan pasangan yang memiliki pandangan serupa, dan akhirnya justru lebih sering menjalin hubungan dengan pria yang usianya beberapa tahun lebih tua.
“Data mendukung fenomena ini. Hanya 56% gen Z yang melaporkan pernah menjalin hubungan romantis saat remaja, dibandingkan 78% generasi boomer. Angka ini bukan sekadar menurun, tetapi anjlok drastis,” tulis New York Post.