close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi anjing peliharaan. /Foto Unsplah
icon caption
Ilustrasi anjing peliharaan. /Foto Unsplah
Sosial dan Gaya Hidup - Hubungan dan Percintaan
Minggu, 02 November 2025 17:24

Efek kehadiran anjing peliharaan dalam hubungan asmara

Riset terbaru dari Kingston University (2025) menunjukkan bahwa kehadiran hewan peliharaan, terutama anjing, dapat meningkatkan ekspresi positif dan suasana hati pasangan romantis.
swipe

Bagi banyak orang, kehadiran hewan peliharaan bukan sekadar hiburan di sela rutinitas. Mereka menjadi bagian dari ritme hidup—teman setia yang hadir di pagi yang sibuk dan malam yang sepi. Mungkin karena itu pula, manusia sering menyebut anjing atau kucing sebagai “sahabat terbaik.”

Namun, kehadiran mereka ternyata punya efek yang lebih jauh dari sekadar teman setia? Riset yang dilakoni Ece Beren Barklam dari Kingston University dan Fatima Maria Felisberti dari University of Bristo menemukan kehadiran hewan peliharaan—terutama anjing—ternyata berperan dalam memperkuat hubungan romantis. 

"Eksperimen ini meneliti pengaruh langsung dan lanjutan dari kehadiran hewan peliharaan serta interaksi dengan mereka terhadap ekspresi emosional positif di wajah dan suasana hati orang dewasa saat berinteraksi dengan pasangan romantis atau teman dekat mereka," tulis para peneliti dalam laporan riset yang diterbitkan di Journal of Social and Personal Relationships, Oktober lalu. 

Para peneliti melibatkan 36 pasangan romantis dan 45 pasangan teman dari komunitas umum serta kalangan mahasiswa di Kingston University, London, Inggris. Tiap pasangan menjalani tiga sesi percakapan singkat berdurasi lima menit yang direkam melalui video.

Pada sesi pertama, partisipan bebas mengobrol tanpa intervensi apa pun. Pada sesi kedua yang dibagi menjadi tiga kelompok — sebagian berbicara di hadapan hewan peliharaan mereka (umumnya anjing, kadang kucing), sebagian di hadapan boneka binatang, dan sebagian lagi (yang tak punya hewan peliharaan) hanya bersama boneka tersebut.

Pada sesi ketiga, partisipan kembali mengobrol bebas tanpa peliharaan maupun boneka. Tujuannya sederhana: mengetahui apakah ekspresi positif yang muncul karena hewan peliharaan bisa bertahan bahkan setelah hewan itu tidak lagi hadir secara fisik.

Hasilnya? Ketika pasangan yang memiliki hewan peliharaan berinteraksi dengan anjing atau kucing mereka, mereka menunjukkan lebih banyak ekspresi wajah positif—senyum, tawa kecil, atau gestur penuh afeksi.

Lebih mengejutkan lagi, ekspresi positif itu tidak langsung hilang setelah sesi dengan hewan peliharaan berakhir. Dalam percakapan berikutnya (sesi ketiga), ketika mereka kembali berbicara tanpa kehadiran peliharaan, rona bahagia itu tetap bertahan.

"Efek ini tidak terjadi pada pasangan teman, hanya pada pasangan romantis. Artinya, rasa bahagia yang dibangkitkan oleh hewan peliharaan tampaknya punya daya ungkit emosional yang memperkuat kedekatan pasangan," tulis Barklam dan Felisberti.

Bahkan saat pasangan pemilik hewan diminta berbicara di hadapan boneka anjing, efek positif serupa tetap muncul. Para peneliti menduga boneka itu memunculkan asosiasi terhadap hewan kesayangan mereka di ruma. "Memicu kenangan menyenangkan dan perasaan hangat yang ikut terbawa dalam interaksi dengan pasangan," jelas mereka.

Barklam dan Felisberti menyimpulkan bahwa hewan peliharaan mungkin memperkuat kesejahteraan emosional dalam hubungan bukan karena mereka bagian langsung dari hubungan itu, tapi karena mereka menciptakan kondisi hati yang lebih positif bagi pemiliknya.

Ilustrasi anjing peliharaan./Foto RebeccasPictures/Pixabay.com

Berdampak positif 

Temuan Barklam dan Felisberti memperkuat hasil-hasil riset sebelumnya. Sebuah survei pada 2016, misalnya, menunjukkan bahwa 86 persen pemilik anjing merasa kehadiran hewan mereka berdampak positif pada hubungan romantis mereka. 

Ada pula riset yang menemukan bahwa perempuan lajang lebih peka dibanding pria dalam menilai kepemilikan hewan peliharaan calon pasangan. Dalam riset itu, pria yang memelihara anjing cenderung dianggap lebih “berkualitas” sebagai pasangan dibanding pemilik kucing—karena kepemilikan anjing diidentifikasi sebagai tanda empati, tanggung jawab, dan kemampuan merawat.

"Anjing kerap dianggap faktor yang mempererat kedekatan emosional pasangan. Tapi, sama seperti anak kecil, kehadirannya juga bisa memicu stres, rasa cemburu, atau pertengkaran kecil soal siapa yang lebih sayang ke peliharaan," jelas profesor psikologi dari Loyola University Maryland, Theresa E. DiDonato, seperti dikutip dari Psychology Today, Ahad (2/11). 

Terkait hasil riset Barklam dan Felisberti, DiDonato berpendapat temuan itu bukan sekadar validasi bagi para pecinta anjing dan kucing, tapi juga pengingat tentang bagaimana kebahagiaan tidak pernah berdiri sendiri. 

"Bisa jadi inilah alasan mengapa, selama berabad-abad, manusia memberi mereka gelar tak resmi tapi abadi: sahabat terbaik manusia. Kini sains menambahkan catatan kecil di bawahnya: dan mungkin juga, sahabat terbaik bagi cinta manusia," ujar DiDonato. 

 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan