Riset menemukan orang lebih cenderung curang saat mendelegasikan tugas ke AI, terutama ketika memberi instruksi yang mendorong keuntungan ketimbang kejujuran.
Kebanyakan orang sebenarnya enggan berperilaku tidak jujur. Namun, beragam studi menunjukkan bahwa ketika orang mendelegasikan tugas kepada pihak lain, penyebaran tanggung jawab dapat membuat si pemberi tugas merasa kurang bersalah atas perilaku tidak etis yang terjadi.
Riset baru yang melibatkan ribuan partisipan kini menunjukkan bahwa moral manusia semakin longgar ketika kecerdasan buatan (AI) ikut terlibat. Dalam riset yang dipublikasikan di jurnal Nature, belum lama ini, para peneliti menemukan bahwa orang lebih mungkin berbuat curang ketika mereka mendelegasikan tugas kepada AI.
“Tingkat kecurangan bisa sangat besar,” kata salah satu penulis studi, Zoe Rahwan, peneliti ilmu perilaku di Max Planck Institute for Human Development di Berlin, seperti dikutip dari Scientific American, Senin (29/9).
Para partisipan terutama cenderung curang ketika mereka bisa memberikan instruksi yang tidak secara eksplisit menyuruh AI untuk bertindak tidak jujur, tetapi menyarankan melalui tujuan yang mereka tetapkan. Instruksinya mirip dengan cara orang memberi instruksi kepada orang lain di dunia nyata.
“Sekarang makin umum kita hanya berkata pada AI, ‘Hei, jalankan tugas ini untuk saya'. Orang bisa mulai menggunakan AI untuk mengerjakan tugas kotor atas nama mereka.” ujar Nils Köbis, peneliti perilaku tidak etis, norma sosial, dan AI di University of Duisburg-Essen, Jerman, yang juga terlibat dalam riset itu.