Satu kesalahan umum pendaki adalah membiarkan perut kosong terlalu lama.
Setidaknya ada tiga situasi yang berbahaya bagi pendaki. Tersesat, bertemu binatang buas, dan hipotermia. Yang disebutkan terakhir, kadang dianggap sepele padahal cukup berbahaya, sehingga perlu pengetahuan cukup untuk mengatasinya.
Yang perlu diketahui, ketika kabut mulai menuruni lereng gunung dan suhu turun drastis menjelang malam, bukan hanya jaket tebal dan tenda kokoh yang jadi penyelamat pendaki. Makanan—dan cara mengelolanya—menjadi salah satu kunci utama agar tubuh tetap hangat dan terhindar dari hipotermia.
Bagi para pendaki berpengalaman, mencegah hipotermia bukan hanya soal pakaian berlapis atau sleeping bag berkualitas tinggi. Asupan kalori dan waktu makan menjadi bagian penting dalam strategi bertahan di medan ekstrem. Tubuh yang kekurangan energi akan kesulitan menghasilkan panas, dan di ketinggian, proses ini bisa menjadi persoalan hidup dan mati.
Pentingnya kalori tinggi dan makanan hangat
Saat berada di suhu dingin, tubuh secara alami membakar lebih banyak energi untuk mempertahankan suhu inti. Karena itu, makanan dengan kandungan kalori tinggi—seperti kacang-kacangan, cokelat, keju, dan karbohidrat kompleks—menjadi andalan. Hindari makanan rendah lemak atau rendah kalori, karena meskipun terasa sehat, tidak cukup membantu tubuh melawan hawa dingin.