close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pendaki di Gunung Rinjani./Foto rinaagtiana/Pixabay.com
icon caption
Ilustrasi pendaki di Gunung Rinjani./Foto rinaagtiana/Pixabay.com
Peristiwa
Rabu, 25 Juni 2025 18:05

Juliana Marins tewas terjatuh, seberapa ekstrem jalur pendakian Gunung Rinjani?

Gunung Rinjani adalah gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia.
swipe

Tim SAR gabungan berhasil menemukan jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins di jurang dengan kedalaman sekitar 600 meter di kawasan Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Selasa (24/6) malam. Marins dievakuasi keesokan harinya, Rabu (25/6).

Sebelumnya, koordinator lapangan dari Kantor SAR Mataram I Kadek Agus Ariawan mengonfirmasi, Marins teratuh di jurang area Cemara Tunggal, yang merupakan jalur pendakian Gunung Rinjani. Insiden terjatuhnya Marins sendiri terjadi pada Sabtu (21/6) pagi saat korban melintas yang jalur yang mengarah ke puncak gunung.

Kadek menjelaskan, area Cemara Tunggal berbatasan langsung dengan Danau Segara Anak. Lokasi itu memiliki kontur tebing curam dengan kedalaman ratusan meter yang sulit dijangkau.

“Korban jatuh di sekitar Cemara Tunggal, yang merupakan jurang dengan medan sangat ekstrem,” ujar Kadek, dikutip dari Antara.

Kejadian ini adalah insiden kedua dalam waktu berdekatan. Pada Sabtu (3/5), seorang pendaki asal Malaysia, Rennie Abdul Ghani tewas usai terjatuh ke jurang saat menuruni jalur pendakian Torean, Gunung Rinjani.

Gunung Rinjani memiliki ketinggian 3.726 meter, merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera. Gunung ini mendominasi lanskap Pulau Lombok yang relatif kecil.

Gunung Rinjani menjadi salah satu gunung favorit pendaki karena menawarkan keindahan pemandangan yang menawan dari puncaknya. Namun, mendaki rinjani membutuhkan segala persiapan yang matang. Sebab, meski menawarkan panorama yang indah sepanjang pendakian, namun mendaki hingga puncaknya tidak mudah. Rute pendakian Gunung Rinjani ada dua, yakni lewat Sembalun dan Senaru.

Seorang wisatawan asal Swiss pernah mengisahkan sulitnya mendaki Gunung Rinjani di blog-nya, Family Earth Trek. Menurut penulis blog itu, mereka sekeluarga tinggal di pegunungan Swiss dan sudah terbiasa dengan pendalian yang sulit dan panjang.

“Tapi, mendaki gunung berapi Rinjani di Indonesia hampir membuat saya kelelahan,” katanya.

“Bahkan, mendaki 10 hari ke Annapurna di Nepal tidak dapat menyamai kelelahan yang saya rasakan saat mendaki Rinjani.”

Penulis blog tersebut membutuhkan waktu selama tiga hari dua malam mencapai puncak Rinjani lewat rute Senaru. Di hari ke-3, dia baru merasakan kesulitan mencapai puncak. Saat itu, medannya yang berpasir membuat dia tak mudah berjalan.

“Pernahkan Anda mencoba berjalan di atas pasir, tetapi terus ke atas? Rasanya Anda tidak akan pernah maju, tidak peduli seberapa keras Anda mencoba,” tulis dia.

Bagian tersulit lainnya, kata dia, justru saat turun dari puncak. “Bagi sebagian orang, berjalan menurun lebih berat untuk lutut mereka daripada berjalan menanjak,” kata dia.

Apalagi, menurut dia, jalan yang dilalui saat turun tertutup debu. Debu itu berasal dari sisa letusan. Catatan pertama mengenai erupsi Rinjani terjadi pada 1847. Terakhir, Rinjani meletus pada 2010. Jarak tempuh pendakian Gunung Rinjani relatif pendek, sehingga pendaki kerap meremehkan tingkat kesulitannya.

“Kadang klien saya menyadari, jaraknya hanya 10 kilometer pada hari pertama dan mengira itu akan mudah karena mereka biasanya berjalan sejauh 30 kilometer dalam sehari. Saya memberi tahu mereka bahwa perlu melihat ketinggian. Pada hari pertama, Anda akan mendaki lebih dari 1.000 meter. Itu sangat melelahkan,” kata manajer pemasaran sebuah perusahaan wisata petualangan, Yangyang Li kepada Much Better Adventures.

“Jika Anda ingin mencapai puncak Rinjani, Anda harus menempuh waktu minimal dua hari satu malam. Jadwal perjalanan kami memakan waktu tiga hari dua malam. Jadi, perjalanan ini cukup sulit.”

Selain itu, kata Yangyang, medan Rinjani berbatu, berabu, dan berpasir. Hal inilah yang membuat mendaki Rinjani memakan waktu lama dan cukup sulit. Oleh karenanya, diperlukan persiapan mental dan fisik yang kuat.

Di sisi lain, peraturan Taman Nasional Rinjani hanya mengiziznkan mendaki Gunung Rinjani dengan pemandu yang terakreditasi. “Disarankan untuk melakukan pendakian yang terorganisasi,” tulis Much Better Adventures.

“Dengan begitu, Anda memiliki porter untuk membawa makanan, air, dan peralatan berkemah, serta teman yang akan menemani Anda dalam perjalanan panjang dan terjal menuju puncak.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan