Matinya Kepakaran: Taring para pakar di era internet

“Kadang obat kegagalan pakar adalah tim pencari fakta yang rekomendasinya dihargai.”

Tom Nichols, penulis Matinya Kepakaran. /instagram.com/evanmannphoto.

Debat kedua calon presiden sudah berlangsung. Namun, media sosial masih saja disesaki komentar dari warganet, terkait debat tersebut. Ada yang berkomentar tentang unicorn, tanah milik Prabowo di Aceh Tengah dan Kalimantan Timur, hingga pernyataan Jokowi terkait infrastruktur.

Dari penelusuran tagar #debatcapres di Tweetbinder, jumlah cuitan mencapai 499. Lima terbesar cuitan, hanya satu yang dari unsur media. Sisanya, akun pribadi yang mendadak jadi pakar. Salah satu akun terbanyak yang berkicau dengan tagar ini adalah @mrizalb.

Ia mengomentari kepiawaian Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dalam merencanakan masa depan bisnis startup di Indonesia. Ia membandingkan rivalnya, Prabowo Subianto, yang dianggap tak paham unicorn—bisnis startup digital yang punya kapitalisasi melampaui US$1 miliar.

Tak ketinggalan, ia me-retweet pendapat perwakilan relawan pendukung Jokowi-Ma’ruf, Remaja, yang berisi klaim Prabowo akan segera ditinggalkan pemilih dari kalangan milenial.

Setelah dilakukan penelusuran, akun Twitter Rizal berasal dari Sulawesi Selatan. Ia merupakan relawan Remaja, kelompok milenial pendukung Jokowi-Ma’ruf.