Nasib penderita TBC di tengah pandemi

Penanganan TBC menurun selama pandemi Covid-19, padahal jumlah kasus penderitanya tak sedikit.

Perawat mengecek infus pasien Tuberkulosis (TBC) yang sedang dirawat di RSUD Doris Sylvanus, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (13/3/2020). Foto Antara/Makna Zaezar/pd

Sebelum masa pandemi Covid-19, angka penderita tuberkulosis (TBC) di Indonesia sangat tinggi. Indonesia berada di urutan ketiga dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia, di bawah India dan China. Namun, bila dihitung perbandingan antara jumlah temuan penderita per jumlah penduduk, Indonesia ada di urutan pertama.

Covid-19 dan TBC merupakan penyakit yang tersebar melalui droplet atau percikan pernapasan. Perbedaannya, TBC disebabkan oleh bakteri, sedangkan Covid-19 oleh virus. Selain itu, TBC sudah ditemukan obatnya, sedangkan Covid-19 belum ditemukan vaksinnya.

Ketua Dewan Pembina Stop TB Partnership Indonesia Arifin Panigoro mengatakan, penanggulangan penyakit TBC begitu kompleks.

"Ada 100 ribu orang meninggal per tahun (akibat TBC). Tetapi karena pada fokus ke Covid-19, rada dilupain saja," kata Arifin pada konferensi pers Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di kantor Graha BNPB, Selasa (7/7).

Ia menilai penanganan TBC akan menjadi lebih sulit karena tenaga kesehatan dan layanan kesehatan lebih diprioritaskan kepada pengidap Covid-19.