Ode untuk depresi dan keterasingan

Bagi Murakami, selalu ada ruang untuk memperolok depresi dan keterasingan yang mengoyak Tsukuru Tazaki di dunia yang riuh ini.

Ilustrasi untuk keterasingan./ Pixabay

Tsukuru Tazaki tanpa warna dan tahun ziarahnya adalah salah satu novel Murakami bergaya realis. Murakami rutin menulis dengan gaya realis dan realisme magis, walaupun ia sendiri mengakui lebih senang menulis dengan gaya seperti novelnya "Hard-Boiled Wonderland" and "The End of The World" yang bergaya realisme magis itu. Kerja fiksinya terbagi dalam dua gaya tersebut dan sebagian besar di antaranya, memiliki ending terbuka.

Tsukuru Tazaki punya empat sahabat karib di SMA. Kebetulan, nama mereka menyiratkan warna, hanya Tazaki saja yang tidak. Dua sahabat laki-lakinya dipanggil Akamatsu yang berarti ‘pinus merah’ dan Oumi yang berarti ‘laut biru’. Sementara sahabat perempuannya bernama Shirane, yang berarti ‘akar putih’, serta Kurono, ‘ladang hitam’.

Secara mendadak, keempat sahabat Tsukuru mengabarkan mereka tidak mau bertemu lagi dengannya ataupun berbicara dengannya, selama-lamanya. Ia diminta untuk memikirkan sendiri alasan di balik penolakan teman-temannya. Sejak saat itu ia merasa ingin mati saja, hidupnya tak berwarna lagi.

Tsukuru Tazaki Tanpa Warna dibuka dengan Tsukuru di usianya yang menginjak 20 tahun sedang berpikir tentang kematian. Kesedihan yang dirasakan Tsukuru tak jauh-jauh dari fakta jika ia diasingkan oleh teman-temannya. Ia sempat berpikir untuk mati, tetapi tak menemukan cara mati terbaik yang bisa ia hubungkan dengan perasaannya.

Narasi Tsukuru Tazaki lalu beranjak ke Tsukuru di usia 36 tahun. Tsukuru yang berusia 36 tahun adalah seorang insinyur yang membangun dan memperbarui stasiun kereta api. Ia memiliki hobi untuk diam merenung berlama-lama di stasiun kereta api sambil mengamati arus orang-orang dan kereta api yang berlalu lalang.