Pengamat harap BSSN berikan solusi terkait keperluan video conference

Kejadian adanya tayangan porno saat rapat Dewan TIK Nasional, pada beberapa waktu lalu, tidak boleh terjadi lagi.

Diskusi virtual WNI di Filipina melalui aplikasi Zoom mengenai kesehatan, di tengah Enhanced Community Quarantine (ECQ) pada Sabtu (11/4). Foto Antara/HO-KBRI Manila)

Zoom kembali menarik perhatian publik. Kali ini rapat online Dewan TIK Nasional (Wantiknas) lewat aplikasi Zoom ramai diperbicangkan karena ada penyusup yang tiba-tiba melakukan share konten porno. Hal semacam ini sering disebut zoombombing, terjadi berulang kali di seluruh dunia.

Zoombombing adalah bentuk ancaman pada para pengguna Zoom. Para peretas masuk lewat link yang disebarkan maupun celah keamanan yang ada. Sekali masuk, para peretas bisa mengirimkan berbagai file dalam meeting tersebut. Hal inilah yang kemungkinan terjadi dalam Zoom meeting di Wantiknas.

Baru-baru ini bahkan lebih dari 500.000 akun Zoom termasuk yang berbayar diperjualbelikan di darkweb. Bahkan banyak di antaranya adalah akun yang dimiliki oleh pemerintahan dan korporasi besar.

Dalam keterangannya Kamis (16/4), pakar keamanan siber Pratama Persadha, menjelaskan Zoom sudah mendapatkan berbagai kritikan atas keamanan sejak awal 2020. Dengan kejadian tidak mengenakkan di rapat Wantiknas, sebaiknya jajaran ring 1 istana memakai alternatif lain dan meminta BSSN untuk memberikan solusi jangka pendek dan jangka panjang terkait keperluan video conference.

“Zoom sendiri sebenarnya sudah memberikan update yang cukup krusial, namun kemungkinan belum banyak diketahui penggunanya. Seperti fitur enable waiting room, jadi peserta harus mendapatkan approval terlebih dahulu saat mau masuk ke meeting,” jelas Chairman lembaga riset Indonesia CISSReC (Communication and Information System Security Research Center) ini.