Perisakan dan kultur patriarki di media sosial

Perisakan di media sosial berdampak buruk. Tak hanya pengucilan dan jatuhnya reputasi, ini juga memicu upaya bunuh diri.

Ilustrasi perempuan jadi korban perisakan/ pixabay

Bagi penikmat film dewasa, kasus bunuh diri aktris August Ames (23) yang kerap menghiasi film-film di Brazzer, tentu patut disayangkan. Apalagi penyebabnya adalah karena ia tak tahan dengan perisakan yang deras mengalir di akun Twitter-nya. Sesaat sebelum Ames memutuskan gantung diri pada awal Desember silam, ia sempat diberitakan menolak beradu peran dengan aktor gay, dengan alasan kesehatan. Sontak, warganet menghujani Ames dengan berbagai label, termasuk dituduh sebagai perempuan yang menderita homofobia.

Di dalam negeri, perisakan di media sosial yang menyerang kalangan artis juga menjadi isu yang masif. Rina Nose pernah dibully di akun Instagram pribadinya, usai keputusannya menanggalkan hijab. Rey Utami dikatakan perempuan matre (gold digger) karena dinikahi Pablo Benua, pengusaha yang ia temui di aplikasi kencan Tinder. Beberapa artis seperti Ayu Ting-ting, Mulan Jameela, dan Jennifer Dunn bahkan dibully secara ajeg di akun bully yang khusus dibuat untuk mereka.

Bullying, perisakan, atau perundungan memang jadi isu penting yang mewarnai media sosial belakangan ini. Yang disayangkan, hampir mayoritas sasaran bully adalah perempuan. Isu-isu yang diangkat pun tak pernah jauh dari urusan fisik/ tubuh, seksualitas, dan moralitas yang sangat diskriminatif dan patriarkis. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, dari kurun 2011-2017, lembaga ini telah menerima aduan perisakan sebanyak 26 ribu. Sebagian besar perisakan di antaranya dilakukan di jagat maya, terutama Instagram.

Riset yang dilakukan lembaga donasi anti perisakan, Ditch The Label menunjukkan, sebanyak 42% dari 10.000 responden remaja berusia 12 hingga 20 tahun di Inggris mengaku menjadi korban di Instagram. Kemudian 37% menjadi korban perisakan di Facebook dan 31% di Snapchat. Perisakan yang dikaji mencakup komentar negatif pada postingan tertentu, pesan personal yang kurang bersahabat, serta menyebarkan postingan atau profil akun media sosial tertentu disertai olok-olok.