PHK bukan akhir segalanya, begini cara menghadapinya

Beberapa orang justru menganggap PHK justru menjadi peluang karir kedua.

Ilustrasi korban PHK/Pexels.com

Di masa pandemi Covid-19 ini, banyak perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan keadaan. Imbasnya, karyawan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Tak hanya karena pandemi, PHK dapat terjadi kapan saja, baik saat sedang krisis ekonomi, atau ketika perusahaan tak mampu beradaptasi dengan keadaan atau kalah teknologi, sehingga kompetitor lain menguasai pasar.

PHK kerap dianggap sebagai akhir dari segalanya bagi sebagian besar orang. Namun, beberapa orang justru menganggap bahwa PHK menjadi peluang karir kedua. Kondisi ini tergantung cara pandang orang itu sendiri.

Perencana Keuangan Budi Rahardjo mengatakan, seseorang perlu mengetahui bagaimana cara menghadapi situasi ini dengan tepat. Meski ada rasa marah dan kecewa, korban PHK perlu menerima situasi yang dialaminya.

“Kita mau tidak mau harus menerima situasi ini, sadar bahwa perusahaan kita boleh tutup, tapi kehidupan kita tidak. Ada listrik yang harus dibayar, ada anak yang harus dibiayai, ada sekolah yang harus dibayar juga, dan berbagai keperluan kita,” katanya dalam siaran Infonomic, Rabu (20/10).

Ketika seseorang sudah menerima kenyataan, bahwa PHK memang sudah benar-benar terjadi, maka kemudian orang dapat berpikir jernih tentang apa yang perlu dilakukan ke depannya.