Saling tiru antar kedai terciptalah kopi alkohol

Bertumbuhnya beragam menu minuman kopi kreasi bertalian dengan orientasi profit bisnis kedai kopi.

Kopi campuran alkohol dinilai sah-sah saja asal diberitahukan terlebih dahulu kepada para konsumen yang hendak memasan./ilustrasi pixabay

Gambaran maraknya menu kopi kreasi, dalam pandangan Pemilik kedai kopi Kararopi Yan Dikara terkait perubahan gelombang industri kopi dunia. Yan bercerita, industri kopi kini sudah memasuki gelombang ketiga yang dimulai sejak awal tahun 2000. 

Di Indonesia, menurut Yan, gelombang ketiga industri kopi menujukkan gejalanya sekitar tahun 2011 dengan munculnya kedai kopi yang menjual menu kopi murni dari bermacam biji kopi single origin. Gelombang ketiga ini muncul sebagai terobosan dan kritik atas gelombang pertama dan kedua industri kopi.

Secara ringkas, gelombang pertama menghadirkan corak industri kopi kemasan sachet yang dimulai pada abad ke-19. Kala itu, industri kopi instan berorientasi peningkatan konsumsi kopi sebanyak-banyaknya, tapi mengesampingkan kualitas produk kopi. 

Sementara pada 1960-an, gelombang kedua lahir ditandai berdirinya kedai kopi Starbucks, hingga kini. Pada gelombang kedua, kopi mulai dinikmati, bukan sekadar dikonsumsi. Bermacam menu kopi mulai disertai label “latte” dan “cappucinno” yang ditambahi bahan perasa lain, seperti gula, krim, dan susu.

“Di gelombang ketiga, kopi ya balik ke kopi murni,” kata Yan.