Google meluncurkan Veo 3 yang bisa membuat video tampak realistis. Bagaimana dampaknya terhadap filmmakers?
Video sinematik berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, Veo 3, yang dirilis Google pada Selasa (20/5) tengah tren di media sosial. Kecanggihan video AI ini nyaris sempurna, dengan pembuatan yang sangat simpel: cukup memakai perintah teks. Kehadirannya kemungkinan memunculkan kekhawatiran para pembuat film bakal tergantikan di masa depan.
Sinematografer dan sutradara Anggi Frisca punya pandangan lain menyikapi AI Veo 3 ini. Sutradara film Tegar (2022) tersebut menilai, kehadiran AI Veo 3 hanya akan memengaruhi filmmakers dari segi biaya pembuatan film. Tidak akan menggantikan peran filmmakers membentuk empati dalam sebuah film.
“Saya melihat, AI tetap sebagai tools. 10 tahun yang lalu, saya memutuskan profesi ini jangan hanya sekadar dijadikan pekerjaan, namun harapan bagi perubahan sosial, (membuat) saya berusaha untuk mengubah cara berpikir saya sebagai kreator,” kata Anggi kepada Alinea.id, Kamis (29/5).
“Empati adalah kunci dari tools teknologi yang diciptakan manusia.”
Dia menganggap, jika film hanya dipandang sebagai sebuah industri, maka Veo 3 justru akan menggerus keragaman berpikir. Sebab, hasil film yang dibuat Veo 3 akan tidak jauh berbeda. Menurut Anggi, ekosistem seni film pada dasarnya adalah ruang kolaboratif berpikir.