close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi aplikasi AI./Foto Solen Feyissa/Unsplash.com
icon caption
Ilustrasi aplikasi AI./Foto Solen Feyissa/Unsplash.com
Sosial dan Gaya Hidup - Teknologi
Rabu, 11 Juni 2025 09:00

Melindungi pengguna AI dari kalangan remaja

American Psychological Association merekomendasikan beberapa hal terkait AI di kalangan remaja.
swipe

Alih-alih membuat keuntungan, kehadiran artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan justru memunculkan tantangan bagi remaja. Sebuah studi yang terbit di Common Sense Media menemukan, remaja berusia antara 13 dan 18 tahun semakin tidak mempercayai konten yang mereka konsumsi secara daring.

Menurut penelitian itu, banyak remaja kesulitan membedakan konten daring mana yang asli dan mana yang palsu. Sekitar 46% mengatakan, mereka tahu telah disesatkan oleh konten atau menduga mereka telah disesatkan, sedangkan 54% telah melihat konten visual yang asli, tapi menyesatkan.

Dampak AI pada remaja, menurut laporan dari American Psychological Association (APA), sangat beragam dan kompleks. Maka dari itu, para pengembang disarankan memprioritaskan fitur yang melindungi kaum muda dari eksploitasi, manipulasi, dan terkikisnya hubungan di dunia nyata.

“AI menawarkan efisiensi dan peluang baru, namun integrasinya yang lebih mendalam ke dalam kehidupan sehari-hari memerlukan pertimbangan yang cermat untuk memastikan perangkat AI aman, terutama bagi remaja,” tulis laporan bertajuk “Artificial intelligence and adolescent well-being An APA health advisory” itu.

Laporan itu ditulis oleh panel penasihat ahli dan merupakan tindak lanjut dari dua laporan APA lainnya tentang penggunaan media sosial pada masa remaja, serta rekomendasi konten videp yang sehat.

Mengutip situs American Psychological Association, laporan AI tersebut mencatat, masa remaja merupakan periode perkembangan yang panjang. Apalagi dalam usia remaja, bukan penanda mutlak untuk kedewasaan atau kompetensi psikologis. Sebab, di masa itu, perkembangan otak mulai kritis.

“Seperti media sosial, AI pada dasarnya tidak baik atau buruk,” ujar kepala psikologi APA Mitch Prinstein, dikutip dari situs American Psychological Association.

“Namun, kami telah melihat contoh-contoh di mana remaja mengembangkan ‘hubungan’ yang tidak sehat dan bahkan berbahaya dengan chatbot, misalnya. Beberapa remaja mungkin tidak tahu kalau mereka berinteraksi dengan AI.”

Ada beberapa rekomendasi yang didorong APA dalam laporan itu. Pertama, memastikan adanya batasan yang sehat dengan simulasi hubungan antarmanusia. Kedua, membuat pengaturan privasi, batasan interaksi, dan konten yang sesuai dengan usia.

Ketiga, mendorong penggunaan AI yang dapat meningkatkan perkembangan yang sehat. Keempat, membatasi akses dan keterlibatan dengan konten yang berbahaya dan tidak akurat. Terakhir, melindungi privasi data dan kemiripan.

“Banyak dari perubahan ini dapat dilakukan segera, oleh orang tua, pendidik, dan remaja itu sendiri,” kata Prinstein. “Yang lainnya akan memerlukan perubahan yang lebih substansial oleh pengembang, pembuat kebijakan, dan profesional teknologi lainnya.”

img
Fandy Hutari
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan