Persahabatan sehat ditandai timbal balik: saling hadir, mendengarkan, dan menghargai.
Bersosialisasi dan memiliki lingkaran pertemanan yang sehat bisa memperkaya kualitas hidup secara mendalam. Persahabatan yang tepat mampu mengangkat suasana hati, memberi dukungan di saat genting, hingga memperkuat rasa aman dalam diri.
Namun, tak semua persahabatan memberi pengaruh serupa. Ada pula relasi yang membuat kita justru merasa timpang. Kita merasa lebih banyak memberi ketimbang menerima. Alih-alih pulang dengan perasaan terisi, kita keluar dari tempat "nongkrong" dengan hati yang kosong.
Dan ketika kebutuhan pribadi terus ditekan demi menjaga harmoni, sejatinya kita sedang mengorbankan diri sendiri atas nama persahabatan. Sebagaimana kita belajar mengenali tanda bahaya dalam hubungan romantis, penting juga mengidentifikasi “red flags” dalam pertemanan.
"Sebab, orang-orang terdekat berperan besar membentuk rasa aman maupun harga diri kita—entah kita sadari atau tidak," ujar psikolog dari Cornell University Mark Travers, seperti dikutip dari Psychology Today, Ahad (5/10).
Red flag adalah istilah populer yang berarti tanda bahaya atau peringatan dini tentang suatu situasi, perilaku, atau kondisi yang berpotensi negatif atau membahayakan. Dalam konteks hubungan, red flag adalah sikap atau kebiasaan pasangan yang menandakan ketidaksehatan, seperti perilaku mengontrol, manipulatif, tidak percaya, atau kekerasan.