Menurut Babu, meski belum ada lonjakan pembatalan, kecenderungan untuk mencari destinasi yang lebih dekat dan aman kian terasa.
Memasuki musim panas, sejumlah warga Uni Emirat Arab mulai melirik opsi liburan dalam negeri atau staycation, di tengah situasi geopolitik yang kian bergejolak dan gangguan perjalanan internasional yang masih membayangi.
Meski belum bisa disebut sebagai tren yang pasti, beberapa pelaku industri perhotelan mengamati adanya minat yang mulai tumbuh terhadap liburan lokal. Konflik Iran-Israel yang berkepanjangan serta pembatalan sejumlah penerbangan menjadi faktor pendorong perubahan rencana liburan, khususnya di kalangan keluarga yang lebih memilih opsi aman dan fleksibel.
“Masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa jumlah staycation meningkat,” ujar Nadia Purkayassta, Kepala Regional Manajemen Pendapatan di Premier Inn Timur Tengah. “Tapi kita bisa mulai melihat perubahan setelah tahun ajaran sekolah berakhir minggu depan.”
Meski laju pemesanan hotel secara keseluruhan terlihat melambat, sebagian besar warga yang sudah menyusun rencana perjalanan masih bertahan dengan keputusan awal mereka. Namun, pelaku industri tetap mencermati dinamika ini secara hati-hati.
Ahmed Soliman, CEO TCA Group—perusahaan perwakilan perhotelan dan pariwisata di kawasan GCC—menyebutkan bahwa pihaknya mulai melihat adanya ketertarikan terhadap staycation, khususnya dari mereka yang terpaksa membatalkan atau menunda perjalanan ke luar negeri. “Kami melihat peningkatan minat dari mereka yang mencari liburan lokal yang praktis, sambil menunggu kepastian situasi global,” ungkapnya.