When Breath Becomes Air: Krisis eksistensi dokter bedah

Paul tak mencoba mengasihani diri, mendramatisir kanker dan kematian, atau mendadak menjadi motivator kehidupan dengan memoarnya.

Paul Kalanithi, dokter bedah yang melukiskan problem eksistensi manusia, mulai dari makna hidup, karier yang meredup, hingga kematian di memoarnya "When Breath Becomes Air"./NY Times

Kejujuran menjadi kunci dalam memoar Paul Kalanithi, "When Breath Becomes Air" (WBBA). Sebelum menjadi pasien kanker, Paul adalah seorang ahli bedah saraf dengan prestasi mentereng. Hanya tinggal menunggu hitungan waktu saja, ia akan menyelesaikan pelatihannya dan mendapat promosi. Namun, dalam usia yang masih muda, 36 tahun, ia menjalani dua eksistensi sekaligus. Di satu waktu ia jadi ahli bedah saraf yang mengobati pasien, di lain sisi ia pasien yang mencoba bertahan hidup.

Pengalaman Paul mungkin akan terasa mengganggu, ketika pembaca tahu penulisnya sedang sekarat dan di akhir buku kita akhirnya tahu Paul mati. Namun, Paul menulis memoarnya dengan sangat baik. Ia tak mencoba mengasihani diri, mendramatisir kanker dan kematian, atau mendadak menjadi motivator kehidupan dengan memoarnya.

Secara jujur, Paul menulis kanker telah menghancurkan hidup dan karirnya. Paul sadar jika hidup seorang pasien tidak akan pernah sama lagi usai vonis penyakit mematikan dijatuhkan. Hal itu telah dipelajarinya jauh-jauh hari ketika ia masih menjadi dokter.

Paul menuliskan pengalaman hidupnya sejak masa kanak-kanak di WBBA. Sejak kecil ia dicekoki ibunya dengan bacaan-bacaan sastra babon, seperti karya T.S. Eliot, Aldous Huxley, Alexandre Dumas, dan masih banyak lagi. Paul menulis memoar ini dengan mengalir mengikuti masa kecilnya sebagai keluarga imigran India yang tinggal di Amerika, hingga ia masuk ke Universitas Stanford dan Universitas Yale.

Ia memiliki karir yang menarik untuk ditengok. Di masa mudanya, ia terobsesi dengan dunia sastra dan mengambil jurusan Sastra Inggris serta Biologi Manusia saat berkuliah di Stanford University. Setelahnya, ia mengambil master dalam sejarah dan filsafat di Cambridge University.