Apes para peniup peluit

Pengungkap kasus-kasus dugaan korupsi kerap diserang balik oleh orang-orang yang mereka laporkan.

Ilustrasi para whistleblower kasus dugaan korupsi. Alinea.id/Oky Diaz

Setelah mengungkapkan dugaan korupsi dalam pengadaan peralatan pemadam kebakaran di Dinas Damkar Kota Depok, Sandi Butar Butar mengalami beragam intimidasi. Pegawai honorer di dinas tersebut bahkan diancam dipecat. 

Selain ancaman pemecatan, ia mengaku pernah disetop oleh sejumlah orang untuk diajak "diskusi". "Waktu di jalan, tiba-tiba ada yang manggil dan minta didudukin bareng aja. Mereka minta saya mengakhiri ini biar sama-sama enak," tuturnya kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu. 

Hingga kini, menurut Sandi, ia masih terlibat perang dingin dengan para petinggi di kantornya. "Tekanan makin kencang. Tapi, tekad saya sudah bulat mengambil risiko ini," ujar Sandi. 

Ini bukan kali pertama whistleblower (peniup peluit) seperti Sandi diserang balik. Dalam laporan bertajuk "Serangan Balik Para Pembongkar Skandal: Studi Kasus Mengenai Tantangan, Praktik, dan Efektivitas Whistleblower di Indonesia", Lokataru menemukan para whistleblower kerap apes setelah meniup peluit kasus dugaan korupsi atau pelanggaran hak-hak pekerja di perusahaan. 

Laporan yang dirilis pada 2020 itu digarap peneliti Lokataru Muhammad Al Ayyubi Harahap dan Nurkholis Hidayat. Dalam laporan setebal 47 halaman itu, para peneliti menyoroti sejumlah kasus peniup peluit yang ditangani Lokataru.