Hambatan industri gerabah nasional

Perkembangan industri gerabah nasional masih mengalami beberapa kendala.

Ilustrasi Alinea.id/MT. Fadillah.

Pemerhati Gerabah Hias Achmad Widjaja mengatakan, selama ini produk gerabah Indonesia sebenarnya tak kalah berkualitas dari produk-produk asal Cina maupun Vietnam. Maka tak heran, jika banyak konsumen luar negeri yang melirik kerajinan asli Indonesia ini. 

Namun, rendahnya kapasitas produksi sentra-sentra gerabah yang ada di seluruh penjuru negeri membuat pengusaha tembikar, yang dalam hal ini didominasi oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) belum mampu memenuhi permintaan dari pasar internasional. Belum lagi, pandemi Covid-19 juga telah memberikan dampak besar kepada para perajin gerabah. Ditutupnya berbagai daerah dan negara, praktis membuat geliat bisnis gerabah terhenti, baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri.

“Untungnya itu enggak lama. Karena kemudian ada tren tanaman hias itu, terus para perajin yang tadinya memproduksi alat rumah tangga kayak piring, guci, dan hiasan lain beralih membuat pot dan tempat cuci tangan,” ujar Achmad kepada Alinea.id, Rabu (29/9).

Alinea.id mengulas booming tanaman hias yang turut berimbas pada industri gerabah nasional yang sempat terdampak pandemi disini.