Praktik lockdown di beberapa negara

Sejak penularan virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 masif, banyak negara melakukan lockdown atau mengunci wilayah.

Ilustrasi lockdown. Alinea.id/Dwi Setiawan.

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Derajad Sulistyo Widhyharto menguraikan, pandangan setiap anggota masyarakat tidak selalu sama dalam mengartikan lockdown. Hal ini dilatarbelakangi perbedaan faktor kelas sosial-ekonomi, tingkat pendidikan, atau budaya.

Menurut dia, kalangan masyarakat kelas atas cenderung lebih patuh untuk beraktivitas di dalam rumah, selaras kemampuan ekonomi dan menjalankan aktivitas secara daring melalui fasilitas teknologi komunikasi. Sedangkan masyarakat kelas menengah ke bawah, berusaha untuk tetap bekerja di luar rumah.

“Mereka memahami lockdown dengan menjaga diri agar tidak tertular misalnya dengan memakai masker. Tapi mereka tetap bekerja di luar rumah,” katanya saat dihubungi, Minggu (26/4).

Derajad menuturkan, sedikitnya ada dua faktor inisiatif menutup akses masuk di permukiman, yaitu internal dan eksternal.