Tarot reading tak sekadar meramal

Pembacaan kartu tarot kerap digunakan sebagai alat bantu konseling psikologis.

Ilustrasi Alinea.id/Bagus Priyo.

Human Design Analyst & Psychotherapist Rishita Dewi, menjelaskan tarot yang terdiri dari 78 kartu sarat dengan simbol. Co-Founder Rumah Remedi ini menyebut, menurut Carl Jung, Bapak Analytical Psychology (Psikologi Analitik) tarot merupakan penggambaran dari arketipe (archetype), yaitu struktur-struktur psikis yang identik dan universal yang membentuk warisan arkais (kuno) manusia.

Arketipe ini bersumber dari ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). Sebagai struktur yang bersifat universal, Arketipe diwariskan dari masa lampau untuk kemudian 'diisi' dengan pengalaman hidup manusia. 

"Saya lebih merujuk tarot sebagai alat bantu untuk proses mengenal diri dan alat bantu untuk konseling," ujar Sitha kepada Alinea.id, Jumat (16/7).

Dengan bantuan tarot, menurutnya, seorang fasilitator dapat memandu klien untuk mengenal layer demi layer potensi dan tantangan dalam diri. Termasuk, membantu untuk memetakan masalah yang terkadang tak dapat terlihat karena terlalu larut di dalamnya.

Alinea.id mengulas tren tarot reading saat pandemi dalam artikel ini.