Kolom

Bandung termacet di Indonesia, tapi tak hambur bunyi klakson

TomTom Traffic Index tahun ini mencatat Kota Bandung sebagai kota termacet di Indonesia, namun suasana relatif tenang dari sisi bunyi klakson.

Jumat, 22 Agustus 2025 17:19

TomTom Traffic Index tahun ini mencatat Kota Bandung sebagai kota termacet di Indonesia. Jalan-jalan utama sering dipadati kendaraan, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja. Di beberapa titik, kemacetan berlangsung puluhan menit bahkan jam. Namun ada satu hal yang menarik perhatian siapa pun yang baru pertama kali berkendara di Kota Bandung. Di tengah padatnya lalu lintas, suasana relatif tenang dari sisi bunyi klakson. Tidak ada hiruk-pikuk suara nyaring yang saling bersahutan seperti yang sering terdengar di kota-kota besar lain.

Fenomena ini bukan berarti pengemudi di Kota Bandung tidak menghadapi situasi yang menjengkelkan di jalan. Mereka juga berhadapan lampu merah lama, kendaraan memotong jalur, atau pengendara mendadak berhenti di depan. Namun, klakson tidak menjadi pilihan utama untuk bereaksi. Di sini, kesabaran dan komunikasi nonverbal tampaknya lebih dominan.

Klakson sebenarnya adalah alat komunikasi penting berkendara. Ia memberi peringatan pada kendaraan lain, mengingatkan pejalan kaki, atau menandakan keberadaan kendaraan di titik buta. Dalam situasi darurat, bunyinya bisa menyelamatkan nyawa. Tetapi klakson juga dapat berubah fungsi menjadi saluran emosi. Ketika digunakan berlebihan atau dengan nada marah, ia menjadi bentuk protes atau tekanan psikologis kepada orang lain di jalan.

Di Kota Bandung, komunikasi di jalan cenderung mengambil bentuk lebih halus. Banyak pengemudi memilih melambat, memberi isyarat lampu sein, atau sekadar menunggu momen tepat untuk bergerak. Tidak sedikit lebih memilih menatap singkat atau tersenyum sebagai tanda terima kasih setelah diberi jalan. Budaya seperti ini menunjukkan komunikasi tidak selalu harus berupa suara keras. Kesopanan dan bahasa tubuh bisa lebih efektif menyampaikan maksud.

Kajian Jathla A. Mahmood dari Al Iraqia University (2021) menunjukkan, klakson sesungguhnya memiliki makna jauh lebih luas daripada sekadar tanda bahaya/ekspresi kemarahan di jalan. Dalam penelitiannya yang memotret kebiasaan pengemudi di sepuluh negara, Mahmood menemukan bunyi klakson di banyak tempat justru telah menjadi fenomena budaya. Ia digunakan layaknya bahasa atau kode morse, sebuah medium komunikasi yang mampu menyampaikan berbagai maksud, termasuk mempererat hubungan sosial di antara para pengguna jalan.

Muhammad Sufyan Abdurrahman Reporter
sat Editor

Tag Terkait

Berita Terkait