Tidak ada yang lebih menjengkelkan daripada saat Anda sedang mengemudi santai dalam perjalanan ke kantor, lalu tiba-tiba deretan lampu rem menyala di depan Anda—tanda kemacetan panjang menunggu di depan.
Bagi sebagian orang, kemacetan hanya sekadar gangguan kecil. Namun, bagi sebagian lainnya, situasi ini bisa memicu rasa cemas yang cukup berat. Menurut psikolog klinis Joseph Rock, rasa cemas yang muncul saat terjebak macet sebenarnya berakar dari respons alami otak kita.
“Ketika seseorang mulai merasa cemas, tubuhnya akan bersiap untuk bertindak,” kata Rock kepada Cleveland Clinic. “Inilah yang disebut respons fight or flight—tubuh Anda bersiap untuk lari atau melawan.”
Respons ini memicu lonjakan energi dalam tubuh. Namun, ketika energi tersebut tidak tersalurkan, hal itu dapat berubah menjadi ketidaknyamanan fisik.
“Di tengah kemacetan, tidak ada yang bisa Anda lawan atau hindari. Tapi tubuh Anda sudah terlanjur siaga—jantung berdebar kencang, napas menjadi cepat dan dangkal, seolah-olah sesuatu yang buruk akan segera terjadi,” ujar Rock.
Rasa terjebak membuat kecemasan semakin parah karena Anda merasa tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah keadaan. Kabar baiknya, masih ada hal yang bisa Anda kendalikan, yaitu pikiran dan tindakan Anda sendiri. Berikut ini tiga cara yang bisa membantu Anda tetap tenang saat menghadapi stres akibat kemacetan, menurut Rock, dikutip dari Cleveland Clinic.
Ingat, ini bukan akhir dunia
Cobalah melihat situasi dari sudut pandang yang lebih luas. Meskipun terlambat memang menyebalkan, biasanya hal itu bukan masalah besar. Kemungkinan besar, keterlambatan Anda akan terlupakan dalam waktu singkat, mungkin hanya 20 menit setelah Anda sampai di tujuan. Selama Anda bukan tipe orang yang selalu datang terlambat, kebanyakan orang akan memaafkan atau setidaknya memahami situasi Anda. Lagipula, kemacetan mendadak bisa dialami siapa saja dan kapan saja.
Kendalikan gerakan dan respons tubuh Anda
Hindari terus-menerus menggerakkan mobil sedikit demi sedikit, berusaha mengintip apa yang terjadi di depan, atau panik mencari informasi lalu lintas lewat radio maupun ponsel. Semakin Anda memperlakukan situasi ini seperti masalah besar, semakin sulit bagi Anda untuk tetap tenang.
“Pastikan Anda bernapas dengan tenang dan menjaga otot-otot tetap rileks,” ujar Rock. “Daripada fokus pada hal-hal yang tidak bisa Anda kendalikan, seperti apa yang akan Anda lewatkan atau apa yang sedang terjadi, alihkan perhatian ke hal-hal yang bisa Anda lakukan, misalnya mendengarkan musik, podcast, atau audiobook.”
Sadari dan kendalikan reaksi Anda
Jika mulai merasa gelisah saat terjebak di tengah kemacetan, cobalah untuk menekan “tombol pause” dalam diri Anda. Sadari sejak awal bahwa stres sedang muncul, lalu tangani segera sebelum perasaan itu semakin kuat.
Ketika kita merasa stres, tubuh melepaskan zat kimia seperti adrenalin dan kortisol. Zat ini perlu diuraikan agar tubuh kembali tenang. Jika tidak, mereka akan terus mengirim sinyal seolah-olah ada bahaya, meskipun sebenarnya tidak ada. Akibatnya, rasa cemas dan stres bisa bertahan sepanjang hari, bahkan setelah kemacetan berakhir.