Buruh: Penggerak dan masalah

Kekuatan tentara jadi momok dalam penanganan aksi pemogokan.

Pada 3 Juli 1947, SK Trimurti dilantik menjadi Menteri Perburuhan dalam Kabinet Amir Sjarifoeddin. Semula, ia menolak tawaran menjadi menteri meski publik sudah mengetahui peran dalam membesarkan gerakan buruh di Indonesia. Penolakan melahirkan ragu. Trimurti merasa malu jika tak turut mengartikan kemerdekaan. Ia pun serius menjalankan tugas sebagai menteri, berkonsekuensi miskin dan menanggung beban berat.

Ia memberi pidato menggebu dalam perkenalan Kementerian Perburuhan, 13 Juli 1947: "Dalam pada ini kaum buruh harus segera mengambil tindakan jang tegas pula menjelenggarakan negara jang merdeka dan dipegangnja sebagai alat untuk perdjuangan. Djangan hanja merupakan golongan pengikut, tetapi djadilah tenaga jang aktif supaja mudah kita mengerahkan diri terdjun dalam masjarakat."

Sejak masa 1940-an, Trimurti terlibat dalam gerakan buruh. Ia jadi ketua Barisan Buruh Wanita. Tugas besar adalah memberikan kursus-kursus mengenai politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan. Pada 1 Mei 1946, peringatan Hari Buruh ditandai peresmian Latihan Asrama Barisan Buruh Wanita. Peran-peran perburuhan berlanjut ke Partai Buruh Indonesia (PBI).

Pada masa revolusi politik perburuhan menguat melalui pendirian organisasi dan partai politik. cuplikan-cuplikan ingatan itu tercantum di buku berjudul SK Trimurti: Pejuang Perempuan Indonesia (2016) susunan Ipong Jazimah. Pada peringatan Hari Buruh, 1 Mei 2018, kita pantas mengenang dan menghormati SK Trimurtri (1912-2008) sebagai tokoh.

Semula, ia guru tapi memilih mengikuti deru politik nasionalisme bersama Soekarno. Peran bertambah saat Trimurti dibujuk Soekarno agar mau menulis. Pada masa 1930-an, Trimurti mulai memiliki ketokohan dalam pers. Sejak masa kolonial sampai kemerdekaan, ia terus mengurusi politik, pers, dan buruh.