Genderuwo

Lahirnya istilah ini merupakan respons atas gencarnya sejumlah politisi yang gemar menakuti rakyat

Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019, muncul beberapa istilah dalam jagat politik yang segera menjadi bahan pembicaraan khalayak. Salah satunya ‘politik genderuwo’.

Lahirnya istilah ini merupakan respons atas gencarnya sejumlah politisi yang gemar menakuti rakyat dengan bermacam pernyataan ngawur, irasional, dan cenderung bombastis. Padahal, bila ditinjau secara mendalam, pernyataan tersebut tidak menyumbang pencerahan, tetapi justru terkesan membodohi rakyat.

Bagaimanapun, kata-kata yang dirangkai sebagai materi propaganda dapat mengancam keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Narasi yang disusun menjadi bahan provokasi rentan mengundang kekhawatiran, ketakutan, serta kecemasan tak berdasar di kalangan akar rumput (grass roots).

Dengan demikian, di samping optimisme publik terhadap fondasi kebangsaan bisa memudar, rakyat juga mudah terpapar isu hoaks dan fitnah. Dicetuskannya pernyataan oleh sebagian elite politik sebenarnya lebih pada upaya menjatuhkan lawan politik ketimbang menyuguhkan data dan fakta sebagai bagian dari ikhtiar mencerdaskan bangsa.

Di negeri ini, pembahasan mengenai genderuwo bukan dianggap muskil. Mengingat, kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia tak mungkin terlepas dari hal-hal transendental. Dalam taraf tertentu, apa yang susah dicerna logika turut mewarnai sosiologi dan psikologi masyarakat sejak masa silam.