Industri penerbangan Indonesia harus optimis

Pertumbuhan penumpang komersial kita selalu bertumbuh di atas angka dua digit dan tidak pernah turun dua digit sampai dengan detik ini.

Jumlah penduduk Indonesia saat kini yang mencapai sekitar 262 juta orang, membuat jumlah traffic penumpang udara di Indonesia dalam satu dekade terakhir meningkat tajam. Tidak salah jika beberapa analis penerbangan di tanah air memperkirakan jumlah penumpang udara di Indonesia pada 2019 bisa menembus kisaran 100 juta penumpang.

Berdasarkan data dari dephub.go.id, sudah ada 237 bandara kecil sampai dengan bandara lebel international di Indonesia. Bandara aktif komersial yang dipergunakan secara regular ada 76 bandara. Sekitar 30 bandara yang dikelola oleh otoritas bandara BUMN yang dinamakan perum Angkasa Pura I dan II sebagai penopang revenue, jumlah traffic pesawat dan penumpang di Indonesia. Itulah sebabnya sejak 2003, pertumbuhan penumpang komersial kita selalu bertumbuh di atas angka dua digit dan tidak pernah turun dua digit sampai dengan detik ini.

Kebangkitan bisnis penerbangan niaga di Indonesia dalam lima tahun belakangan ini memang sungguh luar biasa, salah satu contoh maskapai komuter yang didirikan pada 2007, Susi Air yang masyarakat jarang ketahui saja sangat pesat perkembangannya dalam waktu empat tahun terakhir ini. Armadanya saat ini sudah mendekati sekitar 45 pesawat turbo propeller jenis Grand Caravan berpenumpang 12 seater ke atas sampai dengan 20 seater.

Landscape bisnis aviasi di daerah juga menggeliat, di pelosok tanah air banyak sekali tumbuh maskapai operator yang kelas komuter. Misalkan saja Tri Nusa, Aviastar, Express air, namun kurang dikenal di masyarakat Pulau Jawa.

Kita baru menyadari kalau potensi traffic udara di Indonesia saat ini sungguh luar biasa besarnya bahkan pilot pilot asing dari New Zealand pun mau bergabung dengan maskapai Susi Air untuk mencari rejeki di langit Papua yang sangat jauh dari negaranya. Ini tidak terlepas dari pilot asli Indonesia yang lebih memilih gengsi menjadi pilot pesawat bermesin full jet dan maskapai besar di Indonesia. Otomatis kekurangan pilot baru ini banyak diisi oleh pilot asing dari seantero dunia. Contoh kasus pilot dan FO luar negeri baru ketahuan masyarakat jika ada pesawat yang celaka. Pilot dari India di JT 610 dan FO QZ 8501 dari Karibia membuktikan sinyalemen tersebut.