Melakukan taksasi tatanan kehidupan setelah WFH

Seluruh elemen harus memastikan bahwa TIK tetap dalam koridornya sebagai alat berbagi informasi dan akses informasi tanpa hambatan. 

Muhammad Sufyan Abdurrahman

Anda semuanya, sidang pembaca, kiranya pernah alami, saat sedang work from home (WFH) bersama bos. Tetiba anak bungsu melintas depan layar komputer dan ikut nimbrung ngobrol. Saat sedang serius-seriusnya rapat daring, tetangga sebelah dar der dor suara palu menghentak dinding. 

Dari semuanya itu, semoga saja jangan sampai kejadian bawahan Anda kelihatan kolega di seberang layar Zoom, misalnya. Atasan memang rapih berkemeja, namun bawahan masih tetap bersarung dan bahkan celana pendek bercorak polkadot! 

Seluruh kejadian ini, di mata penulis, kelak akan terakumulasi dalam sebuah tatanan baru sekiranya WFH sudah berakhir --kita berdoa harap ini bisa segera terealisasi. Kita akan berhadapan dengan sebuah realitas baru. 

Sebelum membahas tatanan tersebut, postulat jadul dari Guru Besar Geografi Universitas California, Jared Diamond, layak diapungkan. Dalam buku yang jadi magnum opus-nya, Guns, Germ, dan Steel (1997), disebutkan sejarah umat manusia modern tak bisa lepas dari tiga hal. 

Yaitu senjata, kuman, dan baja. Makhluk tak kelihatan bernama Covid-19 sejatinya saat ini telah mampu membentuk tatanan dan realitas baru, terutama dalam proses digitalisasi masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia umumnya.