Menertawakan media Inggris

Media-media Inggris memang terkenal pedas dan keras dalam “merundung”, apalagi kali ini melibatkan Jerman, musuh negara melampaui sepakbola.

Dokumen pribadi Wisnu Prasetya Utomo.

Ada kebahagiaan yang tidak disembunyikan media-media Inggris ketika Jerman kalah dari Korea Selatan dan tersingkir dari Piala Dunia 2018. The Times menulis tentang hari di mana “Jerman menghilang”, The Sun memasang foto para pemain Jerman yang kecewa sembari memberi judul: "Schadenfreude", rasa senang yang berasal dari kemalangan orang lain, dan Metro menulis Jerman “dari juara menjadi dungu”.

Media-media Inggris memang terkenal pedas dan keras dalam “merundung”, apalagi kali ini melibatkan Jerman, negara yang dianggap sebagai menjadi musuh Inggris melampaui sepakbola. Suporter Inggris bahkan memiliki lagu khusus yang selalu mereka nyanyikan ketika Inggris bertanding meskipun tidak melawan Jerman.

“There were no more German bombers in the air, No more German bombers in the air.

'Cos the RAF from England shot them down, 'Cos the RAF from England shot them down…” (Nyanyikan dengan nada kalau kau suka hati tepuk tangan)

Laman Wikipedia menjelaskan, lagu ini pada awalnya dinyanyikan oleh anak-anak sekolah dan tentara Inggris selama perang dunia 2. Hooligans kemudian mengadopsi dan membawanya ke stadion. Lagu itu bercerita tentang keberhasilan militer Inggris mengalahkan Jerman di perang dunia. Di Piala Dunia 2006 yang diadakan di Jerman, asosiasi sepakbola Inggris FA melarang suporter menyanyikan lagu itu karena menilai itu ofensif. Larangan yang kemudian memicu perdebatan publik di media-media di Inggris.