Mengapa perang AS-Iran tidak terjadi?

Memulai Perang Teluk jilid 4 sama artinya mengundang intervensi negara-negara besar, terutama Rusia.

Mohamad Rosyidin. Dokumen pribadi.

Dunia sempat ketar-ketir ketika AS membunuh Mayor Jenderal Qassem Soleimani yang ditanggapi Iran dengan aksi balasan ke sejumlah situs militer AS di Irak. Banyak pihak meramalkan Perang Dunia III jika kedua negara benar-benar berperang. 

Kenyataannya, kedua negara tidak jadi berperang meskipun serangan roket Iran masih berlangsung secara sporadis. Yang lebih mengejutkan, AS tidak terpancing untuk membalas dengan operasi militer secara masif. Dalam pidatonya, Presiden AS Donald Trump justru mengatakan akan menerapkan sanksi ekonomi alih-alih memilih opsi militer kepada Iran.

Pertanyaannya kemudian, mengapa perang antara kedua pihak tidak terjadi? Dari perspektif analisis kebijakan luar negeri, de-eskalasi konflik kedua belah pihak bisa dijelaskan menggunakan tiga sudut pandang, yaitu faktor personal Donald Trump, faktor domestik, dan faktor geopolitik internasional.

Pertama, perang AS-Iran tidak terjadi dikarenakan faktor kepribadian Donald Trump yang sulit ditebak. Reputasi Trump yang cenderung ofensif dan tak berpikir panjang dalam mengeluarkan pernyataan seringkali menjebak opini masyarakat dunia bahwa dia adalah pemimpin megalomaniak yang bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih buruk. 

Seperti komentar diplomat China, Chen Wen baru-baru ini yang mengatakan Donald Trump membuat dunia menjadi lebih berbahaya. Dunia juga melihat bagaimana Trump berselisih paham dengan pemimpin Korea Utara Kim Jon-un di media sosial Twitter yang membuat hubungan kedua negara memanas dan memunculkan skenario perang nuklir.