Mengkaji ulang strategi humas setelah pandemi

Ketika Youtube disebut-sebut jauh mengalahkan popularitas televisi, faktanya televisi masih jadi ruang dominan pariwara.

Muhammad Sufyan Abdurrahman

Sering kawan sekitar kita bicara, media massa (terutama koran, majalah, radio, dan tv) sudah hilang khalayak. Semua tergerus media baru. Menariknya, kesimpulan itu justru disebut oleh orang yang terutama tak berlangganan koran. 

Faktanya, hikmah di balik musibah pandemi justru diraih media legacy! Survei Nielsen di 11 kota besar Indonesia per 22 April 2021 mencatat pembaca media cetak per kuartal empat 2020 sebanyak 2,6 juta atau naik dari kuartal empat 2019 sebesar 2,1 juta.

Bahkan tercatat nilai belanja iklan 2020 mencapai Rp229 triliun atau naik 26% dibandingkan pendapatan 2019 Rp182 triliun. Apakah media baru jawaranya? Ternyata tidak, karena tetap masih televisi dengan proporsi pendapatan 70%.

Ketika Youtube disebut-sebut jauh mengalahkan popularitas televisi, faktanya televisi masih jadi ruang dominan pariwara. Radio pun disebut Nielsen berpendapatan stabil, manakala orang menilai hanya didengarkan di mobil saja.

Media cetak lebih menarik lagi. Betul penetrasi pembacanya terus turun namun tidak otomatis porsi iklan tandas sudah. Terlebih, nyaris semua media cetak mendigitalisasi kontennya, yang mana pendapatan media digital 2020 naik empat kali lipat!