Otokritik cyberpolitics

Politik sebagai representasi persepsi publik cukup terbantu dengan media virtual.

Pemilu 2019 semakin berjalan hangat dan ketat. Tahapan kampanye terbatas yang dimulai sejak 23 September 2018 kian padat dilaksanakan peserta pemilu. Media digital atau virtual menjadi ruang paling ramai dari ingar bingar kontestasi politik. Di tengah ketegangan dan polarisasi jagat virtual, sekonyong-konyong muncul fenomena “Dildo”.

“Dildo” merupakan pasangan capres-cawapres fiktif Nurhadi-Aldo. Kehadirannya langsung menyedot perhatian netizen. Ketegangan mendadak kendor berubah menjadi canda tawa, tatkala menikmati meme-meme satire politik yang ditampilkan.

Salah satu pembelajaran dari fenomena “Dildo” adalah semakin ampuhnya pengaruh jagat virtual dalam dinamika sosial politik dan kritik atas cyberpolitics eksisting. Suka tidak suka, kontestan Pemilu 2019 mesti memiliki narasi cyberpolitics yang kuat. 

Peta cyberpolitics

Politik sebagai representasi persepsi publik cukup terbantu dengan media virtual. Implikasinya praktik demokrasi kental didominasi oleh politik citra. Media pendongkrak citra cukup variatif, mulai dari media elektronik, media cetak, hingga media virtual.